WAWASAN KEILMUAN

Minggu, 21 Oktober 2012

Makalah kebudayaan agraris primitif



BAB I
 PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi. Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia berlangsung pula keseluruhan proses perkembangan kehidupan. Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu. Tetapi masyarakat dapat pula diartikan sebagai subyek, yakni sebagai perwujudan warga masyarakat dengan semua sifat (watak) dalam suatu gejala dan manifestasi tertentu atau keseluruhan, sosio-psikologisnya. Untuk mengerti bentuk dan sifat masyarakat dalam mekanismenya ada ilmu masyarakat (sosiologi). Pengertian secara sosiologis atau ilmiah ini sesungguhnya sudah memadai bagi seseorang profesional supaya ia lebih efektif menjalankan fungsinya di dalam masyarakat, khususnya bagi pendidik. Bahkan bagi setiap warga masyarakat adalah lebih baik apabila ia mengenal “masyarakat” dimana ia menjadi bagian daripadanya. Lebih dari pada itu, bukanlah seseorang itu adalah warga masyarakat yang sadar atau tidak, selalu terlibat dengan proses dan mekanisme masyarakat itu. Tiap-tiap pribadi tidak saja menjadi warga masyarakat secara pasif, melainkan dalam kondisi-kondisi tertentu ia menjadi warga masyarakat yang aktif. Kedudukan pribadi yang demikian di dalam masyarakat, berlaku dalam arti, baik masyarakat luas maupun masyarakat terbatas, dalam lingkungan tertentu adalah suatu kenyataan bahwa kita hidup, bergaul, bekerja, sampai meninggal dunia, di dalam masyarakat. Masyarakat sebagai lembaga hidup bersama sebagai suatu gemeinschafts, bahkan tidak dapat dipisahkan  daripada warga masyarakatnya dengan segala antar hubungan dan antar aksi yang berlangsung di dalamnya. Untuk mengerti hakikat masyarakat, bagaimana kedudukan pribadi (individu), peranan, hak dan kewajiban warga masyarakat kepada masyarakat, bagaimana hubungan masyarakat dengan pendidikan.

B.     RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari makalah ini ialah:
A.    Hakikat Masyarakat
B.     Pengertian Masyarakat dan Struktur Sosial
C.     Pandangan Filosofis tentang Hakikat Manusia
D.    Kebudayaan Primitif Agraris
E.     Masyarakat Perkotaan
F.      Perbedaan Masyarakat Kota dan Desa

C.    TUJUAN
Sedangkan tujuan dari pembuatan makalah in ialah untuk mengetahui:
A.    Hakikat Masyarakat
B.     Pengertian Masyarakat dan Struktur Sosial
C.     Pandangan Filosofis tentang Hakikat Manusia
D.    Kebudayaan Primitif Agraris
E.     Masyarakat Perkotaan
F.      Perbedaan Masyarakat Kota dan Desa
Serta untuk memenuhi tugas mata kuliyah IAD, ISD dan IBD yang diampu oleh Bapak Syarqawi.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    HAKIKAT MASYARAKAT
Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antar aksi. Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlangsungnya antar aksi warga masyarakat itu. Untuk mengerti bentuk dan sifat masyarakat dalam mekanismenya ada ilmu masyarakat (sosiologi) agar lebih baik apabila ia mengenal “masyarakat” dimana ia menjadi bagian daripadanya, karena tiap-tiap pribadi tidak saja menjadi warga masyarakat secara pasif.
B.     PENGERTIAN MASYARAKAT DAN STRUKTUR SOSIAL
Prof. Robert W. Richey dalam bukunya : “Planning for Teaching an Introduction to Education” membuat batasan masyarakat. Istilah masyarakat dapat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama di suatu  wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang relatif. Berdasarkan pengertian ini, maka pengertian masyarakat (relatif) luas wilayahnya, dan  meliputi (relatif) banyak anggota atau warganya. Oleh karena jumlahnya yang relatif besar, akan terjadi pula “masyarakat” di dalam masyarakat tersebut. Ada bermacam-macam faktor yang menyebabkan terbentuknya “masyarakat” dimaksud. Terjadilah pembedaan-pembedaan yang dikenal dengan istilah “masyarakat kota”, “masyarakat desa”, “masyarakat pendalaman”, ada pula “masyarakat atas”, “masyarakat bawah”, dan sebagainya. Dengan pembedaan seperti ini, secara implisit dapat dimengerti apa dasar daripada penamaan atau penggolongan itu. Kota besar misalnya, yang warganya jauh lebih banyak jumlahnya daripada di desa, antar warga masyarakat dan lebih banyak variasinya. Dengan kata lain, disana lebih heterogen. Kenyataan menunjukkan bahwa di kota-kota besar hidup manusia dari segala tingkat. Dari pejabat-pejabat tinggi negara, pengusaha-pengusaha besar, kaum cerdik pandai, sampai buruh-buruh kecil. Jarak sosial diantara mereka sedemikian rupa, sehingga terbentuklah apa yang dikenal sebagai kelas sosial. Secara umum kelas sosial di dalam masyarakat ini terbagi atas : kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class).
C.    PANDANGAN FILOSOFIS TENTANG HAKIKAT MANUSIA
Sejarah perkembangan masyarakat adalah sejarah adanya manusia dan peradaban. Jadi, manusia adalah subyek di dalam masyarakat dan masyarakat pasti dihubungkan dengan fungsi dan kedudukan manusia di dalam masyarakat. Teori-teori tentang hakikat masyarakat yang berkembang dan dianut dunia pada umumnya adalah :
1. Teori Atomistic  Pada periode masyarakat sebelum terbentuknya negara seperti yang kita kenal sekarang (pre social state) manusia sebagai pribadi adalah bebas dan independen. Dengan demikian masyarakat dibentuk atas dasar kehendak bersama, untuk tujuan bersama para individu, yang kemudian menjadi warga masyarakat itu. Pribadi manusia sebagai individu memiliki kebebasan, kemerdekaan dan persamaan diantara manusia lainnya. Karena didorong oleh kesadaran tertentu, mereka secara sukarela membentuk masyarakat, dan masyarakat dalam bentuknya yang formal ialah negara. Oleh sebab itu masyarakat adalah perwujudan kontrak sosial, perjanjian bersama warga masyarakat itu. Berdasarkan asas pandangan atomisme ini penghargaan kepada pribadi manusia adalah prinsip utama. Artinya setiap praktek tentang kehidupan di dalam masyarakat selalu diarahkan bagi pembianaan hak-hak asasi manusia, demi martabat manusia.
2. Teori Organisme Pada dasarnya setiap individu dilahirkan dan berkembang di dalam masyarakat. Manusia lahir dalam wujud yang serba lemah, lahir dan bathin. Keadaannya dan perkembangannya amat tergantung (dependent) kepada orang lain, minimal kepada keluarganya. Kenyataan ini tidak hanya pada masa bayi dan masa kanak-kanak, bahkan di dalam perkembangan menuju kedewasaan seseorang individu masih memerlukan bantuan orang lain. Misalnya dalam penyesuaian kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu manusia saling membutuhkan sesamanya demi kelanjutan hidup dan kesejahteraannya. Prinsip pelaksanaan pola-pola kehidupan di dalam masyarakat menurut teori organisme ialah :
a.       Bahwa kekuasaan dan kehendak masyarakat sebagai lembaga di atas hak, kepentingan, keinginan, cita-cita dan kekuasaan individu.
b.      Lembaga masyarakat yang meliputi seluruh bangsa, secara nasional, bersifat totalitas, pendidikan berfungsi mewujudkan warga negara yang ideal, dan bukan manusia sebagai individu yang ideal.
3. Teori Integralistik Menurut teori ini meskipun masyarakat sebagai satu lembaga yang mencerminkan kebersamaan sebagai satu totalitas, namun tidak dapat diingkari realita manusia sebagai pribadi. Sebaliknya manusia sebagai pribadi selalu ada dan hidup di dalam kebersamaan di dalam masyarakat. Jelas bahwa pribadi manusia adalah suatu realita di dalam masyarakat, seperti halnya masyarakat pun adalah realita diantara bangsa-bangsa di dunia ini dan komplementatif. Masyarakat ada karena terdiri dari pada individu-individu warga masyarakat. Dan pribadi manusia, individu- individu dalam masyarakat itu berkembang dan dipengaruhi oleh masyarakat. Perwujudan masyarakat sebagai lembaga kehidupan sosial tiada bedanya dengan kehidupan suatu keluarga. Tiap-tiap anggota keluarga adalah warga yang sadar tentang status dirinya di dalam keluarga itu, sebagaimana ia menyadari tanggung jawab dan kewajibannya atas integritas keluarga tersebut. Sewajarnya tidak bertentangan dengan kepentingan dan terutama kehormatan dan martabat keluarga. Bahkan kehormatan keluarga adalah kehormatan anggota keluarga, demikian pula sebaliknya. Pelaksanaan asas-asas menurut teori integralistik yang dapat penulis samakan dengan teori kekeluargaan adalah berdasarkan keseimbangan antara hak-hak (asasi) dan kewajiban-kewajiban (asasi). Praktek tata kehidupan sosial berdasarkan kesadaran nilai-nilai, norma-norma sosial yang berlaku dan dijunjung bersama baik oleh individu sebagai pribadi, maupun oleh masyarakat sebagai lembaga. Kepentingan dan tujuan hidup individu meskipun amat bersifat pribadi, tak dapat dipertentangkan dengan kepentingan dan tujuan sosial. Sebab tiap individu menyadari hak dan kewajibannya masing-masing. Ini berarti bahwa kebebasan (kemerdekaan) dan hak-hak individu dengan sendirinya dibatasi oleh kemerdekaan dan hak-hak individu lain di dalam masyarakat. Kesadaran atas nilai-nilai asasi demikian berarti merupakan dasar bagi tiap individu untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara maksimal. Kesadaran atas hak-hak asasi dan kewajiban dalam antar hubungan manusia sudah pasti berdasarkan nilai-nilai sosial yang berlaku berdasarkan norma-norma nilai tertentu. Nilai-nilai itulah sebagai asas normatif. Asas normatif merupakan dasar terwujudnya harmonis di dalam masyarakat. Tetapi, pelaksanaan asas normatif ini sudah tentu berbeda dengan yang berlaku di dalam masyarakat yang berlatar belakang pandangan filosofis atomisme atau organisme. Dalam masyarakat menurut teori integralistik, asas kekeluargaan menjadi prinsip kehidupan bersama demi kesejahteraan bersama, baik individu maupun keseluruhan. Walaupun pada hakekatnya yang diutamakan adalah keseluruhan warga masyarakat, namun pandangan integralistik tak mengabaikan individu. Karena realitas yang wajar ialah menghormati pribadi sama dengan menghormati keseluruhan masyarakat sebagai satu totalitas.
D.    KEBUDAYAAN PRIMITIF AGRARIS

Ditinjau dari segi geografis, desa adalah hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu merupakan suatu wujud/penampakan dimuka bumi yang ditimbulkan oleh unsure unsure fisiografis, social,ekonomi,dan cultural yang saling berinteraksi antar unsure tersebut dan juga hubungannya dengan daerah daerah lain.
Menurut sutardjo karto hadikusumo, desa adalah suatu kesatuan hokum bertempat tinggalnya suatu masyarakat yang berkuasa dan mengadakan pemerintahan sendiri.
Menurut bintarto dalam bukunya suatu pengantar geografis desa, 1977, dejelaskan sbb: unsure unsure desa ialah:
a.       Daearah, dalam arti tanah tanah yang produktif dan yang tidak,  serta penggunannnya.
b.      Penduduk, meliputi jumlah,pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian penduduk desa setampat.
c.       Tata kehidupan,dalm hal ini pola tata pergaulan dan ikatan ikatan pergaulan warga desa.
Maju mundurnya desa bergantung pada 3 unsur ini yang dalam kenyataannya ditentukan oleh factor usaha manusia (human efforts) dan tata geografis (geographical setting). Adapun menurut Paul H. landis, desa adalah daerah yang penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan cirri cirri sbb:
a.       Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal anatara beberapa ribu jiwa;
b.      Memiliki perhatian dan perasaan yang sama dan kuat tentang kesukaan terhadap adat kebiasaan.
c.       Memiliki cara berusaha (dalam hal ekonomi), yaitu agraris pada umumnya, dan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam, sepwerti: iklim,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris bersifat sambilan.
Jadi, yang dimaksud masyarakat pedesaan adalah sekelompok orang yang mindiami suatu wilayah tertentu yang penghuninya mempunyai hubungan erat, yang mempunyai perasaan yang sama terhadap adat kebiasaan yang ada, serta menunjukkan adanya kekeluagaan didalam kelompok mereka,seperti gotong royng dan tolongmenolong.
A.    Cirri cirri masyakat pedesaan
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesame anggota warga desa. Sehingga seorang merasa dirinya merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari masyarakat tempat ia hidup serta rela berkorban demi masyarakatnya, saling menghhormati serta mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama didalam masyarakat terhadap keselamatan dan kebhagiaan bersama. Adapun cirri cirri masyarakat pedesaan antara lain sbb;
a.       Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila di bandingkan dengan warga masyarakat di luar batas –batas wilayah 
b.      System kehidupan umum nya berkelompok dengan dasar kekeluargaan (gemeinschaft atau paguyuban).
c.       Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian .ada paun pekarjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan sambilan sebagai pengisi waktu luang
d.      Masyarakat homogen,seperti dalam hal mata pencaharian ,agama,adat istiadat,dan sebagai nya.
B.  kegitan masyarakat desa
      Karena anggota warga masyarakat mempunyai kepentingan poko yang hampir sama,mereka selalu bekerja sama untuk mencapai kepentingan mereka.pada waktu mendirikan rumah,upacara pesta perkawinan,memperbaiki jalan desa,membuat saluran air ,dan sebagai nya,mereka selalu bekerja sama.bentuk kerja sama masyarakat inilah yang sering disitilah kan dengan gotong royong dan tolong menolong .pada saat ini pekrjaan gotong royong lebih populer dengan istilah kerja bakti ,misal nya memperbaiki jalan,saluran air,menjaga keamanan desa (ronda malam) ,dan sebagainya .kerja sama macam ini biasanya menangani ha hal yang lebih bersifat demi kepentingan umum dan bukan untuk kepentingan perseorangan (individual),seprti mendirikan rumah,pesta perkawinan pada musibah (seperti kematian),kelahiran dan sebagai nya.perlu di catat dan di ketahui disini bahwa semua kegiatan kerja sama ini,baik kerja bakti maupun tolong menolong ,tidak membutuhkan ahli tertu.dalam arti ,setiap warga desa mampu mengerjakan nya .pekerjaan gotong royong (kerja bakti ) terdiri atas dua macam ,yaitu:
a.       Kerja sama untuk pekerjaan yang timbul nya dari inisiatif  warga masyarakat itu sendiri (biasa di istilah kan dari bawah )
b.      Kerja sama dari masyarakat itu,tetapi barasal dari luar (biasa berasal dari atas) 

E.     MASYARAKAT PERKOTAAN
Dimuka telah diutarakan seluk beluk masyarakat perkotaan (rural community) dengan segala sifat dan cirri-cirinya, hakikat kerja sama, serta menjanjikan ketenangan dan ketentraman. Adapun masyarakat perkotaan mempunyai sifat yang berbeda dengan masyarakat desa oleh Karena itu marilah kita mencoba memahaminya.
Pengertian dan sifat-sifat kota
Beberapa ahli mengartikan kota sebagai suatu himpunan penduduk yang bertempat tinggal didalam pusat kegiatan ekonomi, pemerintahan, kesenian, science dan lainnya. Adapun cirri-cirinya sebagai berikut:
1.      Jumlah penduduk besar dan padat, terutama dikota-kota dan pusat kota
2.      Mempunyai penduduk yang beranikaragam karena asal-usul yang berlainan. Banyak kawin campuran, pertentangan politik yang tajam, perbedaan yang mencolok antara yang kaya dengan yang miskin.
3.      Penduduknya lebih dinamis dibandingkan dengan penduduk desa, banyak mengadakan perubahan pekerjaan, mudah pindah tempat, dll.
4.      Lebih cepat, lebih bebas dan mudah bergferak serta lebih cepat menerima dan membuang sesuatu yang baru. Peradaban macam ini membrikan mereka sesuatu perasaan harga diri yang besar.
Keadaan kota dengan bermacam corak cara hidup seperti diatas menarik masyarakat dipedesaan untuk  melakukan urbanisasi. Merka berduyun-duyun datang kekota dengan tujuan memperbaiki keadaan hidupnya. Akibatnya, terjadi berbagai masalah social, baik bagi kota yang dituju maupundesa yang ditinggal. Adapun yang menjadi sebab-sebab terjadinya urbanisasi, antara lain sebagai berikut:
1.      Perkotaan lebih berkembang dan lebih modern
2.      Kesempatan kerja yang lebih banyak, karena perkembanagan lapangan
3.      Kota menjadi pusat kebudayaan seperti kesenian, pendidikan, serta kemewahan, kenikmatan dan kesenagan.
Pengaruh urbanisasi terhadap kehidupan masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut
1.      Membuat penduduk kota terdiri atas campuran asal-usul, teradisi, agama, nilai-nilai hidup, dll
2.      Secara relative sebagian besar penduduk kota ada dalam golongan usia produktif untuk berusaha, sehingga persaingan dalam bekerja besar sekali
3.      Terjadi perbedaan tajam antara yang kaya dan yang miskkin
Pengaruh urbanisasi pada masyarakat pedesaan antara lain:
1.      Mempercepat peleburan pergaulan hidu yang beku dan tradisional dipedesaan
2.      Terlantarnya pedesaan dalam lapangan social karena banyaknya penduduk yang merantau kekota-kota besar. Hal ini  menyebabkan desa miskin bertambah mundur, baik dalam lapangan social ekonomi maupun dalam hal pembangunan.
Disamping akibat urbaniasasi, masih akibat buruk lainnya, misalnya tidak adanya kesesuaian norma social antara desa dan kota mengakibatkan terjadinya gejala kemunduran ahlak, seperti penodongan, pelacuran, penipuan, perkelahian antar geng, dan sebagainya. Usaha pencegahannya adalah;
1.      Perbaikan perekonomian dengan cara peningkatan efisiensi pertanian, desentrialisasi perindustrian, penggalian sumber-sumber baru dalam rangka perluasan lapangan kerja seperti keterampilan dan kerajianan, usaha-usaha wira suasta dan lainnya
2.      Perbaikan moto penduduk pedesaan demgan jalan meningkatkan jumlah dan moto lembaga-lembaga social, pendidikan, dan gedung pertemuan, kesenian, olahraga.
Memang harus kita sadari cara hidup dikota besar yang rasional luas dan formal itu mempunyai pengruh negative terhadap berbagai masalah social :
1.      Bertambahnya berbagai macam penyakit yang berhubungan dengan urat saraf , tekanan darah tinggi, paru-paru, kelamin, dll
2.      Bertambah dangkalnya kebudayaan karena adanya keinginan untuk meraih kesenangan tampa mengabaikan norma-norma kesopanan
3.      Timbulnya masalah kenakalan rmaja yang meraja lela.
Usaha untuk menguranginya adalah sebagai berikut:
1.      Pengarahan politik kebudayaan yang berisi pendidikan, terutama pendidikan peribadi yang berahlak tinggi, susila dan bertanggung jawab
2.      Pembentukan golongan yang dapat menumbuhkan  kesadaran akan nilai-nilai hiodup yang berharga. Mislnya pembentukan RT. RW, PKK, organisasi pemuda yang disertai rencana pembangunan lapangn social, ekonomi, kebudayaan, dll[1]

F.     PERBEDAAN MASYARAKAT KOTA DAN DESA

1.      Perbedaan Antara Kehidupan (Sosial) Kota Dan Desa beberapa diantaranya adalah:
1.      perbedaan dalam organisasi sosial. Kemungkinan perbedaan ini adalah perbedaan yang terbesar. Perbedaan ini diperlihatkan pada:
a.       keluarga. Di desa ikatan keluarga relatif lebih kuat daripada ikatan keluarga di kota dimana kepentingan individual lebih ditekankan ketimbang kepentingan keluarga. Di desa, ikatan antar keluarga pun lebih besar dan lebih erat daripada di kota. di desa, keakraban dankontrol keluarga lebih tinggi daripada di kota. di kota fungsi keluarga semakin lama semakin menurun daripada di desa.
b.      Perkawinan. Di kota ikatan perkawinan karena “cinta” lebih tinggi
c.       daripada di desa. Di kota terdapat angka perceraian yang lebih tinggi.
d.      Di kota terdapat kebebasan yang lebih untuk mempilih pasangan.
e.       Keadaan wanita. secara umum keadaan wanita di desa dianggap
f.       lebih rendah daripada laki-laki.
g.      Daerah sekitar. Di desa keadaan lingkungan (tetangga) memberi pengaruh yang besar daripada di kota. di kota kadang orang tidak mengenal tetangganya.
h.      Rasa ke”kami”an. Rasa kebersamaan di desa terasa lebih tinggi daripada di kota. pengaruh komunitas pada individual di desa lebih tinggi daripada di kota.
i.        Perbedaan kelas. Perbedaan kelas di kota lebih ditekankan daripada di desa. Dengan demikian terjadi lebih banyak konflik di kota. perbedaan kelas ini lebih khusus pada perbedaan kelas karena ekonomi.
2.      perbedaan pada batasan sosial. Kontrol sosial di desa dan di kota yang berbeda antara kota dan desa bahwa di desa etika bersama dan adat istiadat mengkontrol perilaku, sedangkan komunitas di kota tidak melakukan kontrol yang sejauh itu.
2.      perbedaan dalam hubungan sosial.
a.       Hubungan sosial di desa lebih erat dan personal daripada di kota. Gist dan Halbert mengatakan bahwa   kota menganjurkan hubungan impersonal daripada hubungan personal.
b.      Di desa hubungan antar individu biasanya pula berhubungan dengan kelompoknya, keluarganya dan hubungan dekatnya yang lain. Di kota hubungan ini lebih cenderung berhenti pada kelompok sekundernya saja.
3.      perbedaan dalam interaksi sosial.
a.       Kegiatasn interaksi sosial di desa dalam jumlah lebih sedikit daripada di kota. meskipun demikian interaksi di desa terjadi lebih personal daripada di kota.
b.      Di kota terdapat perbedaan divisi pekerja dan spesialisasi lain, sehingga kerjasama antar divisi itu lebih   besar daripada di desa. Sedangkan di desa setiap individu tidak secara khusus masuk dalam suatu spesialisasi tertentu.
c.       Dunia kompetisi di kota lebih sengit daripada di desa.
d.      Konflik yang terjadi di desa biasanya terjadi secara langsung
e.       sedangkan di kota terjadi tidak secara langsung.
f.       Jika dibandingkan dengan desa, terdapat unsur toleransi yang lebih
g.      tinggi di kota daripada di desa.
h.      Proses asimilasi (penerimaan budaya) di desa terjadi secara lebih lamban daripada di kota




BAB III
PENUTUP
 Kesimpulan Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan : 1. Bahwa masyarakat desa adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat. 2. Desa memiliki 3 unsur yaitu : daerah dan letak, penduduk serta tata kehidupan. 3. Desa mempunyai ciri-ciri pokok kehidupan adalah ketergantungan mereka terhadap lingkungan alam sekitarnya. Perubahan sosial mendorong munculnya semangat-semangat untuk menciptakan produk baru , sehinnga terjadilah revolusi industri, dan kemunculan semangat asketisme intelektual. Kemudian, asketisme intelektual menimbulkan etos intelektual, dan inilah yang mendorong masyarakat untuk terus berkarya dan terus menciptakan hal-hal baru guna meningkatkan kemakmuran hidupnya,  sehingga masyarakat tersebut menjadi masyarakat yang modern. Sedangkan proses menjadi masyarakat yang modern disebut dengan istilah Modernisasi.



DAFTAR PUSTAKA

1.      Mawardi. Nurhidayat. IAD. ISD. IBD. Bandung: Pustak Setia. 2000.
2.      Koenjaningrat.1990.manusia dan kebudayaan.jakarta:djambata.
3.      Narwoko,j.Dwi dan bagong suyanto(ed)2006.sosiologi pengantar dan terapan.jakarta:kencana prenada media group
4.      Kaelan,H.2000.Pendidikan Pancasila.jogjakarta:paradigma


[1] Mawardi. Nurhidayat. IAD. ISD. IBD. Bandung: Pustak Setia. 2000. Hal. 191-195

1 komentar: