MEMULYAKAN
GURU BERARTI MENGUNDANG MANFAATNYA ILMU
Ilmu
adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun
secara bersistem menurut metode tertentu, yg dapat digunakan untuk menerangkan
gejala tertentu di bidang (pengetahuan) . Semakin banyak pengetahuan semakin
rendah hati seseorang. Orang yang berilmu senantiasa akan mendahulukan ilmu dan
pemikirannya untuk menyaring setiap apa yang akan dia lakukan. Ilmu bisa
mengubah masa yang gelap menjadi masa yang terang, masa yang penuh dangan kekhilafan
menjadi masa yang penuh dengan kebenaran, masa yang dimana kehormatan belum
diketahui menjadi masa yang sangat mengetahui betapa indahnya menghormati.
Orang yang menghormati orang lain maka secara otomatis orang lain akan
menghormatinya. Orang yang mudah menghormati seseorang senantiasa akan datang
kehormatan kepadanya berkali lipat dari penghormatan yang dia lakukan kepada
orang lain. Hal ini berlaku kepada ilmu, ilmu pengetahuan yang mencakup
semuanya sangat haus akan penghormatan kepadanya, dan dia akan mempersembahkan
kehormatan tersebut kepada seorang yang mempersembahkan ilmu tersebut kepada
orang lain. Orang yang menyampaikan ilmu satu huruf sama halnya dia telah
memiliki satu budak (bukan penghinaan) yang siap diapapun juga olehnya. Seperti
halnya yang disampaikan oleh Sayyidina Ali r.a, beliau mengatakan bahwa beliau
sangat menghormati guru yang telah memberikan beliau ilmu walaupun satu huruf,
bahkan beliau rela dijadikan budak olehnya, rela di jual. Dalam sautu riwayat
dijelaskan bahwa orang yang menyampaikan ilmu kepada orang lain tidak cukup
olehnya dibayar oleh uang. Ini artinya bahwa ilmu sangat mahal harganya, bahkan
jiwa sekalipun rela dibayarkan kepada orang yang memberi jiwa tersebut ilmu. Ilmu sinar yang memancar kesetiap sudut
kehidupan manusia. Karena ilmu, seseorang bisa membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk. Bahkan bisa saya simpulkan dalam pandangan saya tentang ilmu
ini, bahwa ilmu adalah alat yang super canggih yang bisa mengubah segalanya
menjadi bisa mungkin terjadi. Dalam Qs. Al – isra’ ayat : 60 Allah berfirman “
Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya ( Imu
) Tuhanmu meliputi segala manusia". Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang
telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan
(begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Qur'an. Dan Kami menakut-nakuti
mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.” Bahkan Allah memberikan penghormatan kepada
orang yang berilmu, dalam firmannya yang berbunyi : yar fa’illa hulladzii na aamanu minkum walladziina uutul ‘ilma darajat.
Ini mengindikasikan bahwa ada tempat yang khusus bagi sinar/nur cahaya orang
yang berilmu ini.
Bebicara tentang ilmu saya kira
cukup pantas kita menyelipkan tempat dan ruang kepada guru yang telah
memberikan sebercak bahkan segudang ilmu kepada kita, betapa mulya dan kayanya
guru yang telah memberikan sejuta huruf
bahkan pemahaman kepada kita tentang apa yang tidak kita ketahui
sebelumnya. Betapa berat mereka mengemban amanah dari orang tua kita untuk
menjadikan kita orang yang berguna. Sekarang apa yang bisa kita lakukan kepada
beliau ?. tiada lain, selain penghormatan kepada beliau sebagaimana
penghormatan yang diberikan oleh ilmu kepadanya. Hal ini akan memberikan dampak
yang luar biasa kepada kita. Bahkan alur hidup kita akan digantungkan kepada
ilmu yang beliau berikan kepada kita. Ilmu itu sinar yang siapa saja bisa
mendapatkannya. Sama halnya sinar mentari pagi yang menyinari seluruh yang ada
di bumi ini, sekarang terserah siapa aja yang ingin mendapatkannya. Ada yang
mendapatkan sinar tersebut dengan keluar rumah dan lari pagi, ada yang sengaja
berjemur untuk bisa langsung mendapatkan sinar mentari tersebut, ada juga yang
hanya membuka jendela kamarnya. Hal itu sama dengan ilmu, siapa saja bisa dan
boleh mendapatkannya. Ada yang belajar serius, ada yang melalui kursus, ada
yang pergi ke sekolah, ada yang mendapatkannya secara otodidag, bahkan ada juga
yang hanya mendengarkan nasehat-nasehat keilmuan. Jadi ilmu itu bisa di dapat
dimana saja dan kapan saja. Namun berokahnya ilmu sehingga ilmu itu memberikan
dampak yang amat baik terhadap alur kehidupan kita sangat sulit untuk
dilakukan, ilmu bisa saja masuk dalam pikiran kita, tetapi belum tentu masuk
dalam jiwa dan raga kita bahkan dalam kehidupan kita.
Ilmu
yang bermanfaat akan memberikan kontribusi dan campur tangan dalam arah hidup
yang kita jalani dalam dunia bahkan memberikan petunjuk kepada kita didalam
menemukan jalan menuju jalan akhirat. Ilmu
yang barokah dan manfaat secara eksplisit hanya bisa kita dapatkan dari guru
kita. Karena beliaulah yang mendapatkan penghormatan dari ilmu itu
sendiri. Maka secara otomatis beliau akan menyalurkan sinar barokahnya ilmu
tersebut kepada orang (murid) yang
menghormati beliau, seperti halnya penghormatan otomatis yang diberikan ilmu
kepada beliau. Hal ini telah aku rasakan dalam hidup dan karier pendidikan yang
kini aku alami. Penghormatan terhadap guru telah mengakar dalam prinsip saya.
Seburuk-buruknya guru yang telah memberikan kita ilmu walau sebercak ataupun
sehuruf pasti ada berokah yang terkandung dalam diri mereka. Kerena seperti
yang telah aku tulis sebelumnya bahwa ilmu telah menghormati dan memberikan
penghormatan kepada beliau. Apalagi didukung oleh pernyataan sahabat Nabi yang
dianggap oleh beliau sebagai pintunya ilmu tentang pentingnya penghormatan
kepada guru yang memberikan pengetahuan kepada kita. Ini semakin meyakinkan
saya untuk mempertajam prinsip keilmuan saya tentang penghormatan terhadap
guru. Makanya dalam artikel ini saya tuliskan dengan judul “Memulyakan Guru
Berarti Mengundang Manfaatnya Ilmu”. Ini saya tulis agar bisa menjadi referensi
kepada kita bahwa penghormatan terhadap guru itu sangatlah penting. Di zaman
yang serba tekhnologi ini sudah banyak orang yang melupakan hal ini. Sehingga
banyak orang pintar yang hanya bisa membodohi orang lain. Karena mereka hanya
mencari ilmunya, bukan barokah dari ilmu tersebut. Ilmu itu semakin dicari
semakin kurang dan mengahauskan kita untuk mencarinya. Sehingga dimanapun kita
bisa mendapatkannya. Namun barokah tidak demikian. Bahkan Kiai muda yang
sekarang menjadi Rector/ Ketua di STAI AL-KHAIRAT (KH. TOHIR), pernah
mengatakan dalam pidatonya bahwa ilmu itu adalah casing, dan barokah adalah
mesinnya. Saya sepakat dengan penadapat beliau bahwa ilmu itu adalah luarnya
dari system pengetahuan, dan barokahnya adalah dalamnya dari system
pengetahuan, dan ini adalah yang menyokong keberhasilan hidup. Dan ini sudah
sangat kita temuai di jaman seperti jaman yang amburadul ini. Jaman yang bertolah
belakang dengan majunya ilmu pengetahuan, dimana ilmu pengethuan mengalami
extra kemajuan,namun degradasi akhlak dan tingkah laku sangatlah extrim pula.
Sekian dari saya semoga menjadi
sebercak pengetahuan bagi kita. Sehingga kita bisa mengakarkan sebercak ini
menjadi sebening pengetahuan yang nantinya akan membawa kita kepada barokahnya
ilmu, dan menyalurkan barokah tersebut kepada kehidupan masa depan kita nanti./blog abdulhdielyamani.
Pamekasan,
17 Oktober 2012
Penulis, AbdulHadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar