WAWASAN KEILMUAN

Sabtu, 23 Maret 2013

KEPUTUSAN & AMANAT PERSAHABATAN LAMPIRAN PENGALAMAN, PERASAAN MASA LAMPAU



KEPUTUSAN & AMANAT PERSAHABATAN
LAMPIRAN PENGALAMAN, PERASAAN MASA LAMPAU


Sobat…….
Dulu... aku tak pernahا berfikir untuk mengenal kalian, sampai ketika pengumuman itu datang. Aku tak pernah berharap untuk diberi amanat tersebut, sampai ketika surat keputusan itu sampai. Aku tak pernah menduga aku akan bisa bergabung bersama kalian sampai 3 tahun setelah aku bersama kalian Aku tak pernah menyangka akan bisa bersatu dengan kalian, sampai saat kita diharuskan untuk berpisah.

Sobat……
Pada awal pertemuan kita, banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam otakku. Beribu ketakutan menghampiriku sampai seakan hatiku penuh sesak. Degup jantung tak hentinya terdengar ditelingaku karena kekhawatiranku akan ketaksanggupanku berkomunikasi dengan kalian. Aku paham siapa diriku, dan aku tahu kelemahanku di satu bidang itu. AKU TERLALU KAKU UNTUK BERSOSIALISASI DENGAN ORANG LAIN…..

Sobat…
Amanat, mungkin kata itu yang memaksaku untuk berusaha menjadi seorang DEWA yang berbeda. Tanggung jawab yang membuatku berusaha mencari DEWA yang tak biasanya. Tahukah kau, Sobat?  Bahwa  seluruh temanku terkejut dengan posisi baru yang aku terima itu. Karena tak pernah ada dalam sejarah hidupku, aku pernah menjadi seorang domisilioner yang diSobati semua anak-anak. Bagi mereka, aku adalah jelmaan nenek sihir yang akan segera mengeluarkan mantra “ABAKADABRA” ketika ia melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan aturannya. Aku ditakuti oleh anak-anak bukan dicintai. Kontan, ejekan mereka menghilangkan ke PD anku. Namun amanat adalah tanggung jawab besar bagi saya untuk tidak di interupsi oleh siapapun.

Sobat…
Kuniatkan langkahku bersama kalian untuk mendidik diriku. Semua langkah yang kurencanakan untuk kalian, adalah rangkaian tangga menuju bintang impianku. Aku tahu melewati satu langkah saja akan terasa sangat sulit, karena aku tahu hasil yang kuinginkan tidak akan terlihat dalam waktu dekat. Mungkin puluhan atau bahkan ratusan tahun kemudian baru aku bisa melihat hasilnya. Tapi, kepercayaanku bahwa Allah tidak akan membiarkan doa-doa harapanku berceceran tak berarti, membuatku tetap tegar dalam menjalani setiap langkah itu.

Sobat…
Masih ingatkah kalian, malam-malam kita di ruang halaman sekolah yang penuh kegembiraan dan keharuan di tengah acara yang di rangkai sebegitu megah? Kau sibuk dengan sahabat-sahabatmu dan aku sibuk dengan amanah guruku untuk menjaga kalian dan axis dalam acara yang di konsep mendadak untuk kita. Masih ingatkah kalian, malam-malam kita di depan sekolah dengan suasana gelap dan desah desuh mesin diesel serta bakar-bakar jagung yang setengah mateng? Kau sibuk dengan buku-buku kamus kehidupanmu dengan prinsip yang tak kujangkau dan aku sibuk dengan membangunkan saudara-saudaramu untuk tetap percaya kepadaku. Masih ingatkah kalian, malam-malam kita di masjid kesayangan kita Tempat latihan kita istiqomah mengerjakan ibadah untuk masa depan kelah ? Kau sibuk dengan aduan-aduan kalian pada Allah, dan aku sibuk dengan aduan-aduanku kepada Allah. Sampai ketika aku menoleh ke belakang, kalian sudah mengelilingiku menunggu aku menyelesaikan doa-doaku dan kita berdoa bersama. Saat ketika setiap bibir melafalkan doa robithoh, mungkin doa itulah yang membuatku tak bisa memisahkan hatiku untuk kalian hingga saat ini.

Sobat…
Aku bukan lagi siapa-siapa kalian. Kalian bukan lagi siapa-siapaku. Memang inilah peraturannya. Setelah amanat dicabut, maka tak boleh ada yang terhubung lagi. Itu adalah aturan fisik. Tapi itu tak dapat mengatur hati, sehingga sampai detik aku menulis surat ini untuk kalian, aku masih tak dapat membuat hatiku jauh, aku tak dapat berlaku acuh pada kalian. Malam itu, aku pulang dari tugasku bersama banaat ku yang baru. Kulihat kalian berkumpul di depan kamarku sambil membaca absen setelah belajar malam. Hatiku menangis… mataku tak merelakanku melihat lebih lama pemandangan itu. “aina ummukun al jadidah?” pertanyaan itu bertubi-tubi menyerang otakku. Cukupkah kalian dengan beban pelajaran yang semakin banyak hanya dengan absen malam seperti itu? Nyamankah kalian dengan keadaan kalian sekarang? Siapa yang membantu kalian memahami pelajaran? Siapa yang mentashih hafalan-hafalan kalian? Siapa yang mengingatkan kalian untuk selalu waspada dan menambah waktu belajar? Masih adakah sujud panjang bersama di malam-malam tahajud itu?

Sobat…
Dulu itu bukan sekarang, sekarang itu bukan dulu lagi. Apa yang ada di depan kalian sekarang, itulah yang harus kalian hadapi. Berat memang, tapi cobalah untuk bersahabat dengan keadaan kalian sekarang. Jadilah peri-peri kecil yang kuat!!! Sulit memang, tapi berusahalah untuk selalu tegar menghadapinya. Ini tantangan kalian, kepompong-kepompong kecilku. Sampai tiba saatnya nanti, kalian akan tahu bahwa ketidakgentaran kalian menghadapi semua ini akan mengubahmu menjadi kupu-kupu yang indah. Kalian calon bidadari-bidaadri surga sobat……..

Sobat…
Maafkan aku, karena dulu mungkin aku tak bisa sempurna dalam membimbing kalian. Maafkan aku, karena tak ada kenangan indah yang bisa kau torehkan di buku-buku harian kalian. Maafkan aku, karena tak ada apa-apa yang kuberikan pada kalian. Aku memang tak pantas meminta apa-apa, tapi aku mohon jagalah apa yang sudah kita bangun dulu. Jaga cara belajarmu seperti dulu bahkan tambahlah. Jagalah sujud-sujud indah itu walau tidak bersama-sama. Sungguh mungkin hanya dua hal itu yang bisa kupersembahkan  untuk kalian. Janjiku untuk menemani kalian sampai kalian berhasil meraih kesenangan dan memutuskan kesenanganku sudah kupenuhi. Aku selalu bersama kalian walau ragaku tak bisa. Satu lagi pintaku, tolong ikhlaskan 4 tahun yang masih harus aku dan kau tempuh itu untuk tetap berada di ma’had, setelah itu InsyaAllah gelar senang dan sarjana akan melekat di punggung ku bahkan kalau bisa gelar sukses sebelum kuliyah pun insya’allh akan ku persembahkan kepadamu. HANYA mengorbankan 4 TAHUN untuk  mendapatkan SENYUM INDAH SELAMANYA.


Sobat….
Kali ini aku sedang memikirkan bagaimana aku tetap melanjutkan kuliyah pasca sarjana ku setelah lulus nanti, walau itu masih lama. Namun tetap pada prinsip aku bahwa selangkah lebih maju dari yang lain adalah kiasan dari kata-kata guruku, guru inspiratif bagi aku yaitu ibu NOVI guru matematika yang telah melekatkan kata-katanya kepadaku tentang satu titik kunci kesuksesasan, beliau mengajarkan bahasanya kepadaku melalui kalimat sastra ilmiyah merangkaklah sebelum orang lain bangun, berjalanlah sebelum orang lain merangkak, berjalanlah sebelum orang lain merangkak, begitupun seterusnya”. Ini artinya bahwa aku harus meluarbiasakan kebiasaan yang orang biasa tidak biasa melakukannya.

Sobat……
Hanya inilah surat pengantar yang bisa aku tulis dalan linangan sastra, yang kuwakilkan melalui bahasa. Dan kupasrahkan untuk kau baca, mungkin menjadi obat rindu setelah aku lama tidak bertemu dengan kalian.
Katakana pada ku tentang isi dan arti sebuah hidup. Karena tidak ada yang lebih bijak dalam kehidupan ini tanpa pengalaman yang terlampir dalam asam garam kehidupan,, salam pisah, semoga kita tetap berbaur dalam hegemoni kehidupan yang penuh dengan teka-teki di masa depan amien….

“Cugito ergu sum”
DIAMANA KITA BERFIKIR MAKA KITA AKAN ADA
HD_
UKM  (Pengembangan Intelektual) PICASSA (Persatuan Intelektual Muda Kelas A) STAIN Pamekasan
&
IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA (IPNU) KABUPATEN  PAMEKASAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar