Prediksi
Kebangkrutan Perusahaan Properti Tahun Buku 2013-2015 Berdasarkan Altman
Z-Score
Abdul Hadi
Program Studi Perbankan Syariah
Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam
abdulhadidoank@gmail.com/082337827741/085330033322
Abstrak: Abdul
Hadi, 2016, Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Properti Tahun Buku 2013-2015
Berdasarkan Altman Z-Score, Skripsi, Program Studi Perbankan Syariah, Jurusan
Ekonomi dan Bisnis Islam, Pembimbing: Lely
Shofa Imama, M.SI.
Kata Kunci: Prediksi Kebangkrutan, Altman Z-Score.
Meningkatnya aktivitas pada
industri properti dapat dijadikan petunjuk mulai membaiknya atau bangkitnya
kembali kegiatan ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika semakin meningkat
permintaan produk properti. Namun krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1998
sangat berdampak pada semua aspek ekonomi terutama perbankan yang berpengaruh
ke kebangkrutan properti yang merupakan akibat dari penggunaan utang jangka
pendek sehingga pada saat jatuh tempo, perusahaan
mengalami gagal bayar. Kebangkrutan properti yang terjadi di Amerika Serikat
juga terjadi di Indonesia pada tahun 1998. Pada tahun tersebut untuk pertama
kalinya Indonesia dilanda krisis yang menyebabkan industri properti bangkrut. Kebangkrutan merupakan persoalan yang serius dan memakan biaya,
maka jika ada early warning system
yang bisa mendeteksi potensi kebangkrutan sejak awal, manajemen akan sangat
terbantu.
Tujuan dari penelitian ini
adalah pertama: peneliti ingin mengetahui bagaimana posisi keuangan
perusahaan properti tahun buku 2013-2015 berdasarkan klasifikasi Z-Score
model Altman; kedua, peneliti ingin mengetahui Bagaimana
prediksi kebangkrutan perusahaan properti tahun buku 2013-2015 berdasarkan
klasifikasi Z-Score model Altman.
Pada penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian arsip (archival
research),. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data atau
dokumen yang diambil secara tidak
langsung dari sumbernya melainkan diperoleh dari pihak kedua atau pihak ketiga
dengan mempelajari buku-buku laporan keuangan dari objek yang diteliti yaitu
dari publikasi Bursa efek Indonesia (BEI)
dari Wesite www.idx.co.id .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama: pada tahun 2013 dari tiga
perusahaan yang ada, satu dalam kondisi tidak bangkrut. Kemudian satu dalam
kondisi rawan. Dan yang terakhir satu perusahaan dalam kondisi bangkrut. Pada tahun 2014 dari tiga
perusahaan yang ada, tiga dalam kondisi rawan. Sedangkan pada tahun 2015 dari
tiga perusahaan yang ada, satu perusahaan dalam kondisi rawan dan dua
perusahaan dalam kondisi bangkrut; kedua:PT
Astra International dipredisi rawan. PT Bumi Serpong Damai Tbk diprediksi
bangkrut. dan PT Lippo Karawaci Tbk diprediksi bangkrut.
A.
Pendahuluan
Meningkatnya
aktivitas pada industri properti dapat dijadikan petunjuk mulai membaiknya atau
bangkitnya kembali kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, kegiatan dibidang
properti dapat dijadikan indikator seberapa aktifnya kegiatan ekonomi secara
umum yang sedang berlangsung. Namun demikian, perkembangan industri properti
perlu dicermati secara hati-hati karena dapat memberikan dampak pada dua sisi
yang berbeda. Di satu sisi, industri properti dapat menjadi pendorong bagi
kegiatan ekonomi karena meningkatnya kegiatan dibidang properti bisa mendorong
naiknya berbagai kegiatan di sektor lain yang terkait. Namun di sisi lain
perkembangan industri properti yang berlebihan dapat pula menimbulkan dampak
negatif bagi perekonomian.[1]
Hal ini dapat dilihat ketika semakin meningkat permintaan produk properti, yang
bisa membuat perusahaan properti kewalahan untuk mengerjakan sendiri bangunan
perumahan dan bangunan lainnya, sehingga oleh perusahaan properti dibagikan
lagi kepada kontraktor, yang lebih dikenal dengan sebutan sub kontraktor. Motif
ini dilakukan untuk menjaga kepercayaan dan kredibilitas perusahaan properti,
terutama pada perusahaan yang go public.
Bila diamati secara
seksama, tampak perbedaan motif di antara perusahaan yang telah dinyatakan go public selama ini. Tampaknya soal
kebutuhan tambahan modal bukan satu-satunya alasan dan motif untuk terjun ke
pasar modal. Secara umum, perusahaan yang telah go public sebelum tahun 1988, tampaknya lebih wajar dalam
menentukan harga sahamnya di pasar perdana, dibandingkan dengan perusahaan yang
baru go public akhir-akhir ini.
Tetapi secara
khusus, motivasi mereka dapat dibagi atas macam yang lebih banyak lagi. Ada
perusahaan go public dengan tujuan
utama untuk promosi merek dagangnya, sehingga perusahaan itu mendapat pasaran
yang lebih luas dari sebelumnya, selain mendapat dana tambahan. Ada juga
perusahaan yang go public untuk ikut
meramaikan pasar modal, sekaligus menunjang program pemerintah, sedangkan
keuntungan tambahan modal yang diperoleh bukan merupakan tujuan utama.
Untuk mencapai
sasaran pengumpulan modal dari masyarakat, sebagian perusahaan yang go public bukan memakai cara menjual
saham sebanyak-banyaknya, melainkan memasang harga setinggi-tingginya.[2]hal
ini menjadi masalah bagi perusahaan ketika saham yang dijual terlalu tinggi.
Karena yang dilihat adalah seberapa besar peningkatan sahamnya, bukan seberapa
mahal harga sahamnya. Maka hal ini dapat menimbulkan gejala kebangkrutan
terhadap perusahaan.
Kebangkrutan
merupakan persoalan yang serius dan memakan biaya, maka jika ada early warning system yang bisa
mendeteksi potensi kebangkrutan sejak awal, manajemen akan sangat terbantu.
Manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sedini mungkin
untuk menghindari kebangkrutan. Penyebab kesulitan keuangan dan kebangkrutan
cukup bervariasi. Jenis industri itu sendiri memengaruhi penyebab kegagalan
usaha. Ada sektor usaha yang relatif
mudah dikerjakan, ada juga yang lebih sulit.[3]
Krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1998
sangat berdampak pada semua aspek ekonomi terutama perbankan yang berpengaruh
ke kebangkrutan properti yang merupakan akibat dari penggunaan utang jangka
pendek sehingga pada saat jatuh tempo, perusahaan mengalami gagal bayar.[4] Amerika Serikat merupakan salah satu negara
maju yang berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia dimana negara tersebut
menjadi salah satu negara dengan tujuan ekspor utama dari negara-negara di dunia.
Krisis yang melanda Amerika menyebabkan permintaan barang impor menurun dan
mengurangi pendapatan negara lain, akibat dari menurunnya ekspor. Krisis
tersebut dipicu oleh kredit macet perumahan di Amerika yang menyebabkan
sejumlah pengembang mengalami gagal bayar atau yang lebih dikenal dengan subprime mortgage. Kredit ini ditandai
dengan pengenaan suku bunga yang lebih tinggi dari normal dan penyalurannya
cenderung kurang hati-hati bahkan keuangan si peminjam tidak dianalisis dengan
seksama. Masalah kredit membuat harga surat utang berbasis subprime mortgage yang nilainya sudah berlipat-lipat jatuh drastis.
Akibatnya, puluhan bank penyalur kredit maupun perusahaan investasi merugi
seperti Bear Sterms, Northern Rock, Fannie Mae, Citigroup dan Freddie Mac,
serta Lehman Brother mengalami kebangkrutan.[5]
Dampak krisis global terhadap sektor baru terlihat dua hingga tiga kuartal
mendatang. Namun, tanda –tanda pelambatan di sektor properti mulai terlihat
dampak krisis diprediksi lebih berat dirasakan oleh perkantoran dan
kondominium. Pemaparan hasil penelitian konsultan properti PT. Properti
Advisory Indonesia (Provis), ada pembatalan investasi, penurunan penjualan
kondominiun, serta penundaan proyek. Namum, penundaan itu, bukan peng-hentian
proyek. Hasil riset Provis menunjukkan, untuk kondominium, perbankan tak lagi
mengucurkan kredit baru. Namun, hingga kini belum ada pembatalan proyek.[6]
Kebangkrutan
properti yang terjadi di Amerika Serikat juga terjadi di Indonesia pada tahun
1998. Pada tahun tersebut untuk pertama kalinya Indonesia dilanda krisis yang
menyebabkan industri properti bangkrut.[7]
Krisis ini di awali oleh krisis Asia 1997/1998
menyerang negara Thailand yang kemudian menyebar ke negara Malaysia, Korea dan
Indonesia (contaigon effect) berawal ketika Thailand krisis yang
disertai dengan melemahnya mata uang Bath. Indonesia diantara
negara yang terkena dampak krisis Asia termasuk negara yang paling parah
terkena dampak.[8] Menurut Laporan Perekonomian Indonesia tahun
1998 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, terdapat empat masalah mendasar yang
membuat perekonomian Indonesia semakin terpuruk pada tahun 1998 yaitu kondisi
makro sektor perbankan serta dampaknya terhadap kondisi makroekonomi, tingkat
kompleksitas dan skala permasalahan yang dihadapi negara Indonesia serta
dampaknya terhadap implementasi kebijakan ekonomi, kondisi sosial politik dan
keamanan serta kaitannya dengan risiko usaha, dan kondisi ekonomi global.
Properti mengalami kejatuhan drastis, karena sebagian besar pembiayaannya
mengandalkan pinjaman dari perbankan nasional dan utang dari lembaga keuangan
dari luar negeri dengan menggunakan utang jangka pendek. Selanjutnya, nilai
tukar rupiah mengalami penurunan nilai yang sangat tajam dari Rp.2500 menjadi
Rp.16.500 per dollar AS mengakibatkan perusahaan menghadapi lonjakan kewajiban
pembayaran luar negeri dalam rupiah (Laporan Perekonomian Indonesia, 1998).
Sebagian besar kewajiban tersebut berjangka waktu pendek maka para debitur
(perusahaan) tidak memiliki waktu yang cukup untuk restrukturisasi sehingga
banyak perusahaan mengalami kebangkrutan. Kemudian, krisis kembali melanda
perekonomian Indonesia pada tahun 2008, meskipun mencatat pertumbuhan ekonomi
di atas 6% pada triwulan III pada tahun 2008 namun memasuki triwulan IV
perekonomian mulai mendapat tekanan berat. Hal itu tercermin pada perlambatan
ekonomi secara signifikan terutama, karena kinerja ekspor menurun drastis.[9]
Menurut Tyas,
Sektor properti memiliki arti yang penting dalam pembangunan perekonomian
Nasional, yakni dalam rangka penyediaan perumahan yang terjangkau bagi
masyarakat dan dalam rangka pe-nyerapan tenaga kerja. Selain itu sektor
properti memiliki keterkaitan yang sangat luas dengan sektor-sektor lainnya
sehingga tumbuh dan berkembang. Sektor properti ini juga akan dapat menopang
perkembangan dan pertumbuhan sektor-sektor yang terkait lainnya dan pada
gilirannya akan membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi yakni
pengangguran dan juga kemiskinan akibat krisis keuangan global. Tahun 2008
merupakan era kebangkitan kembali sektor properti di Indonesia, pada tahun
1997-1998 krisis moneter terjadi, nilai rupiah jatuh, suku bunga membumbung
tinggi, maka sektor ini dilanda kemacetan dalam pembiayaan. Perbankan seketika
meng-hentikan aliran dananya karena kekhawatiran gagal bayar. Bahkan sektor
properti di sebut-sebut menjadi salah satu penyebab dari krisis moneter yang
kemudian berubah menjadi krisis ekonomi yang terjadi selama ini. Dan pada tahun
2008 kembali krisis keuangan di Amerika, yang membuat para investor menunggu sampai
krisis tersebut bisa kembali pulih.[10]
Dalam menganalisa laporan keuangan, terdapat beberapa rasio-rasio keuangan yang
perlu diperhatikan untuk mengetahui keadaan perusahaan.
Untuk menilai
kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analisis keuangan perlu beberapa
tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio, atau indeks yang
menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya.[11]
Sejumlah studi telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis rasio
keuangan dalam memprediksi kegagalan atau kebangkrutan perusahaan. Salah satu
studi tentang prediksi ini adalah Multiple Discriminant Analisis yang
dilakukan oleh Edwar I. Altman. Altman mempergunakan lima jenis rasio, yaitu: working capital to total assets, retained
earnings to total assets, EBIT to total assets, market value of equity to book
value of total debt dan sales total assets.[12]
Beberapa peneliti
telah menguji tentang prediksi kebangkrutan perusahaan menggunakan Altman Z-Score diantaranya adalah Dwi Haryati yang meneliti
tentang perusahaan Tekstil go public di
Bursa Efek Jakarta tahun 2004, dari 9 perusahaan yang diteliti 6 diantaranya
berada dalam kondisi bangkrut. Ronaldi Rantelino meneliti tentang perusahaan
properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 1998-2013, disimpulkan
bahwa metode Altman Z-Score dapat digunakan
untuk melihat kebangkrutan yang terjadi pada perusahaan properti yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia, terdapat 3 perusahaan yang mengalami indikasi
kebangkrutan yang terburuk yaitu yaitu PT. Duta Anggada Realty Tbk dari
kelompok perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar. PT. Bhuawanatala Indah
Permai Tbk dan PT. Indonesia Prima Properti Tbk dari kapitalisasi pasar
menengah.[13].
Sedangkan Fahmy Fathuddin meneliti perusahaan pertambangan yang go public tahun 2005-2006. Tahun 2005
Dari 7 perusahaan yang diteliti terdapat 2 perusahaan mengalami kebangkrutan,
yaitu PT Energi Mega Persada dan PT Medco Energi Internasional. Sedangkan pada
tahun 2006 terdapat 2 perusahaan mengalami kebangkrutan, yaitu PT Energi Mega
Persada dan PT Medco Energi Internasional.[14]
Dari beberapa
perusahaan yang terindikasi bangkrut di atas, setelah di cek di Bursa Efek
Indonesia, Bursa Efek Jakarta dan Jakarta Islamic
Index. ternyata mengalami kebangkrutan. Hal ini membuktikan bahwa Altman Z-Score sangat tepat didalam memprediksi kebangkrutan
perusahaan.
Maka berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan menggali
lebih jauh tentang prediksi kebangkrutan pada perusahaan properti yang
tergabung dalam Jakarta Islamic Index Tahun
Buku 2013-2015. Maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Properti
Tahun Buku 2013-2015 Berdasarkan Altman Z-Score .”
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana posisi keuangan perusahaan properti
tahun buku 2013-2015 berdasarkan klasifikasi Z-Score model Altman?
2.
Bagaimana
prediksi kebangkrutan perusahaan properti tahun buku 2013-2015 berdasarkan
klasifikasi Z-Score model Altman?
Dari rumusan
masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menjelaskan posisi keuangan perusahaan
properti yang tergabung dalam Jakarta Islamic
Index tahun buku 2013-2015 berdasarkan klasifikasi Z-Score model Altman,
2. Untuk mengetahui sejauh mana Altman Z-Score
dapat memprediksi tingkat kebangkrutan perusahaan properti yang
tergabung di Jakarta Islamic Index tahun
buku 2013-2015.
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi Praktisi
Bisa memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, baik pemilik perusahaan, manajer, investor, kreditur,
masyarakat dan pemerintah tentang prediksi kebangkrutan perusahaan sehingga
perusahaan dapat mengantisipasi kebangkrutan tersebut sebelum terjadi.
2.
Bagi Akademisi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi penelitian lain yang ada
kaitannya dengan penelitian ini. Disamping itu, dapat dijadikan rujukan
perpusatakan STAIN Pamekasan sebagai wahana menggali ilmu pengetahuan khususnya
mengenai analisis prediksi kebangkrutan sebuah perusahaan.
Adapun beberapa istilah
yang perlu di jelaskan dalam judul penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Prediksi
Prediksi adalah perkiraan. dalam kamus besar bahasa
indonesia prediksi adalah ramalan atau prakiraan.[15]
2. Kebangkrutan
Sedangkan kebangkrutan adalah kesulitan keuangan yang
sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu untuk menjalankan operasi
perusahaan dengan baik.[16]
3. Prediksi Kebangkrutan
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahawa prediksi kebangkrutan adalah
perkiraan terhadap kesulitan keuangan yang sangat parah sehingga perusahaan
tidak mampu untuk menjalankan operasi perusahaan dengan baik.
4.
Perusahaan
Perusahaan adalah
kegiatan (pekerjaan dsb) yang diselenggarakan dengan peralatan atau dengan cara
teratur dengan tujuan mencari keuntungan (dengan menghasilkan sesuatu, mengolah
atau membuat barang-barang, berdagang memberikan jasa, dsb) atau organisasi
berbadan hukum yang mengadakan transaksi atau usaha.[17]
Menurut Molengraaff adalah keseluruhan perbuatan yang
dilakukan secara terus-menerus, untuk memperoleh penghasilan, bertindak
keluar, dengan cara memperdagangkan, menyerahkan atau mengadakan
perjanjian-perjanjian perdagangan.[18] Sedangkan Menurut Polak, Pengertian
Perusahaan dari sudut komersil artinya baru dikatakan perusahaan apabila
diperlukan perhitungan laba rugi yang dapat diperkirakan dan dicatat dalam
pembukuan. Laba adalah tujuan utama dari setiap perusahaan, jika tidak
demikian berarti bukan perusahaan dan tidak mempersoalkan perusahaan sebagai
badan usaha.[19]
5.
Properti
Properti adalah kepunyaan,
milik, tanah perkebunan.[20]
Sedangkan dalam kamus besar bahasa indonesia properti adalah harta berupa tanah
dan bangunan serta sarana dan prasarana yang merupakan bagian yang tidak
terpisah dari tanah dan atau bangunan yang dimaksudkan.[21]
6. Perusahaan
Properti
Dari definisi di atas, maka disimpulkan bahwa perusahaan
properti adalah organisasi berbadan hukum yang mengadakan transaksi atau usaha
dengan tujuan mencari keuntungan yang bergerak dibidang tanah dan bangunan
serta sarana prasarana yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari tanah
dan atau bangunan yang dimaksudkan.
7. Altman Z-Score
Sejumlah studi
telah dilakukan untuk mengetahui kegunaan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kegagalan atau kebangkrutan
perusahaan. Salah satu studi tentang prediksi ini adalah Multiple
Discriminant Analisis yang dilakukan oleh Edwar I. Altman. Altman
mempergunakan lima jenis rasio, yaitu: working
capital to total assets, retained earnings to total assets, EBIT to total
assets, market value of equity to book value of total debt dan sales
total assets.[22]
.
B. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode
penelitian arsip (archival research), yaitu penelitian terhadap fakta
yang tertulis (dokumen) atau berupa arsip data. Dokumen atau arsip yang
diteliti berdasarkan sumbernya dapat berasal dari data internal, yaitu dokumen,
arsip dan catatan orisinil yang diperoleh dari suatu organisasi atau berasal
dari data eksternal, yaitu publikasi data yang diperoleh melalui orang lain.[23] Penelitian ini bersifat
korelasional (correlational research), yaitu tipe penelitian dengan
karakteristik masalah berupa hubungan korelasional antara dua variabel atau
lebih.[24]
Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.[25] Yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan properti yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index yang berjumlah 9 perusahaan properti. Berikut
adalah daftar perusahaan properti yang terdaftar di Jakarta Islamic Index periode Juni-November 2015.
Tabel 3.1
Daftar Saham Properti Index
JII Periode Juni-November 2015 Sebagai Berikut:
No.
|
Kode
|
Nama Saham
|
Keterangan
|
1.
|
Astra International
Tbk
|
Tetap
|
|
2.
|
Bumi Serpong Damai Tbk
|
Tetap
|
|
3.
|
Lippo Karawaci Tbk
|
Tetap
|
|
4.
|
Summarecon Agung Tbk
|
Tetap
|
|
5.
|
ASRI
|
Alam Sutera Realty Tbk
|
Tetap
|
6.
|
PTPP
|
PP (Persero) Tbk
|
Tetap
|
7.
|
PWON
|
Pakuwon Jati Tbk
|
Baru
|
8.
|
WIKA
|
Wijaya Karya Tbk
|
Tetap
|
9.
|
WSKT
|
Waskita Karya Tbk
|
Baru
|
Sumber: Lampiran Pengumuman No:Peng-00343 BEI.OPP/05-2015 tanggal
28 Mei 2015
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.[26] Mengingat karakteristik populasi yang ada dan tujuan
penelitian, maka penentuan perusahaan
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu metode berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu.[27] Teknik ini ditujukan
untuk mendapatkan sampel yang representatif
sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriterianya sebagai berikut:
1) Perusahaan properti yang
menerbitkan laporan keuangan selama 3 tahun berturut-turut
yaitu tahun 2013, 2014 dan 2015.
2) Memiliki komponen indikator
perhitungan yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu: a. Modal Kerja/Total Aktiva
b. Laba Ditahan/Total Aktiva c. Laba sebelum Bunga Dan Pajak/Total Aktiva d.
Nilai Buku Saham Biasa Dan Saham Preferen/Nilai Buku Total e. Penjualan/Total
Aktiva (2013, 2014,2015).
Untuk mendapatkan sampel yang representatif. Maka dilakukan
seleksi atas 9 perusahaan properti yang tergabung di Jakarta Islamic Index tahun buku 2013-2015, berdasarkan kriteria sampel yang telah
ditentukan.
Tabel 3.2
Daftar Pemenuhan Kriteria Sampel
Perusahaan Properti di Jakarta Islamic
Index Periode Juni-November 2015
Sebagai Berikut:
No
|
Kode
|
Nama
Perusahaan
|
Kriteri
Sampel
|
Keterangan
|
||||||||||||||
2013
|
2014
|
2015
|
||||||||||||||||
a
|
B
|
C
|
d
|
e
|
a
|
b
|
c
|
d
|
e
|
a
|
b
|
c
|
d
|
e
|
||||
1.
|
Astra International
Tbk
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Sampel
|
|
2.
|
Bumi Serpong Damai Tbk
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Sampel
|
|
3.
|
Lippo Karawaci Tbk
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Sampel
|
|
4.
|
Summarecon Agung Tbk
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tereliminer
|
|
5.
|
ASRI
|
Alam Sutera Realty Tbk
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tereliminer
|
6.
|
PTPP
|
PP (Persero) Tbk
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tereliminer
|
7.
|
PWON
|
Pakuwon Jati Tbk
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tereliminer
|
8.
|
WIKA
|
Wijaya Karya Tbk
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tereliminer
|
9.
|
WSKT
|
Waskita Karya Tbk
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Tereliminer
|
Sumber: Data Diolah,2016
Dari tabel di atas,
maka didapatkan 3 perusahaan yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh
peneliti, yaitu PT Astra International, PT Bumi Serpong Damai dan PT Lippo
Karawaci. Kemudian, terdapat 6 perusahaan yang tereliminer dari daftar pemenuhan sampel, yaitu PT Alam
Sutera Realty, PT PP (Persero), PT Pakuwon Jati, PT Summarecon Agung, PT Wijaya
Karya (Persero) dan PT Waskita Karya (Persero).
Maka berdasarkan penjelasan di atas, yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah perusahaan yang memiliki kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu
berjumlah 3 perusahaan properti. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,
yaitu data atau dokumen yang diambil
secara tidak langsung dari sumbernya melainkan diperoleh dari pihak kedua atau
pihak ketiga dengan mempelajari buku-buku laporan keuangan dari objek yang
diteliti.[28] Data yang akan
dianalisis tersebut tidak diperoleh dari perusahaan yang terkait, melainkan
diperoleh dari pihak lain dalam bentuk laporan keuangan yang diperoleh dari
publikasi laporan keuangan emiten yang terdaftar di BEI melalui Website www.idx.co.id .
Dalam
memprediksi kebangkrutan menggunakan analisis multivariate yang menggunakan
alat Z Score, yaitu menggunakan dua variabel atau lebih secara
bersama-sama ke dalam satu persamaan.[29] Model tersebut menggunakan teknik statistik analisis diskriminan (multiple
discriminant Analisis), dan Persamaan tersebut adalah :[30]
Z = 0,717 XI + 0,847 X2
+ 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5
Dimana XI
= (Aktiva Lancar – Utang Lancar) / Total Aktiva
X2 = Laba yang Ditahan / Total Aset
X3
= Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset
X4 =
Nilai buku saham Biasa dan Saham Preferen / Nilai
Nilai Buku Total Utang
X5
= Penjualan / Total Aset
Nilai Z kritis ditemukan sebagai 1,2.
Hal tersebut berarti jika suatu perusahaan mempunyai nilai Z di atas 1,2 maka
perusahaan diperkirakan tidak mengalami kebangkrutan, dan sebaliknya. Model
tersebut kemudian bisa digunakan baik untuk perusahaan yang go-public maupun yang tidak go-public.
Table 3.3
Klasifikasi Z-Score [31]
Klasifikasi
|
Dengan nilai buku
|
Tidak bangkrut
|
Z >2,90
|
Bangkrut
|
Z <1,2
|
Daerah rawan
|
1,20 – 2,90
|
C. HASIL PENELITIAN
1. Data Laporan Keuangan
Perusahaan Properti
Berikut adalah data laporan keuangan masing-masing perusahaan
properti yang terdaftar di Jakarta Islamic
Index tahun buku 2013-2015 yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Tabel 4.2
Data Keuangan Perusahaan Astra International Tahun Buku 2013-2015
(Dinyatakan dalam milyaran Rupiah)
No
|
Akun Lporan Keuangan
|
PT. Astra International
|
||
2013
|
2014
|
2015
|
||
1.
|
Aktiva Lancar
|
88,352
|
88,97,241
|
105,161
|
2.
|
Utang Lacar
|
71,139
|
73,523
|
76,242
|
3.
|
Total Aktiva
|
213,994
|
236,029
|
245,435
|
4.
|
Laba Ditahan
|
77,076
|
87,459
|
92,989
|
5.
|
Laba Sebelum Bunga & Pajak
|
27,523
|
27,352
|
19,630
|
6.
|
Nilai Buku Saham Biasa & Preferen
|
3,163
|
3,163
|
3,163
|
7.
|
Nilai Buku Total Utang
|
107,806
|
115,705
|
118,902
|
8.
|
Penjualan
|
193,880
|
201,701
|
184,196
|
Sumber:
Data Penelitian,2016
Dari data keuangan di atas, dapat dinyatakan bahwa berdasarkan
klasifikasi Altman Z-Score, Aktiva
Lancar PT Astra International mengalami kenaikan dari tahun 2013-2015 yaitu
88,352 pada tahun 2013, 88,97,241 pada tahun 2014, dan 105,161 pada tahun 2015.
Disamping itu juga memiliki Utang Lancar yang meningkat dari tahun 2013-2015
yaitu 71,139 pada tahun 2013, 73,523 pada tahun 2014, dan 76,242 pada tahun
2015. Total Aktiva juga bertambah dari tahun 2013-2015 yaitu 213,994 pada tahun
2013, 236,029 pada tahun 2014, dan
245,435 pada tahun 2015. Hal yang sama juga pada Laba Ditahan yaitu 77,076 pada
tahun 2013, 87,459 pada tahun 2014, dan 92,989 pada tahun 2015.
Namun berbeda
pada Laba Sebelum Bunga & Pajak yang berkurang dari tahun 2013-2015 yaitu
27,523 pada tahun 2013, 27,352 pada tahun 2014, dan 19,630 pada tahun 2015.
Nilai Buku Saham Biasa & Preferen mengalami stagnasi dari tahun 2013-2015
yaitu 3,163. Sedangkan Nilai Buku Total Utang dan Penjualan naik dari tahun
2013-2015 seperti tertera pada Tabel di atas.
Tabel 4.3
Data Keuangan Perusahaan Bumi Serpong Damai Tahun Buku 2013-2015
No
|
Akun Lporan Keuangan
|
PT. Bumi Serpong Damai
|
||
2013
|
2014
|
2015
|
||
1.
|
Aktiva Lancar
|
11,831,665,075,276
|
11,623,677,431,540
|
16,789,559,633,165
|
2.
|
Utang Lacar
|
4,436,117,210,208
|
5,329,326,982,247
|
6,146,403,064,486
|
3.
|
Total Aktiva
|
22,572,159,491,478
|
28,134,725,397,393
|
36,022,148,489,646
|
4.
|
Laba Ditahan
|
5,374,730,698,224
|
5,374,730,698,224
|
10,729,868,931,705
|
5.
|
Laba Sebelum Bunga & Pajak
|
3,080,267,819,824
|
3,921,696,261,616
|
1,787,115,220,316
|
6.
|
Nilai Buku Saham Biasa & Preferen
|
4,849,495,864,580
|
6,463,634,196,629
|
7,938,578,240,022
|
7.
|
Nilai Buku Total Utang
|
9,156,861,204,571
|
9,661,295,391,976
|
13,925,458,006,310
|
8.
|
Penjualan
|
5,741,264,172,193
|
5,571,872,356,240
|
6.209.574.072.348
|
Sumber:
Data Penelitian,2016
Dari data keuangan di atas, dapat dinyatakan bahwa berdasarkan
klasifikasi Altman Z-Score, Aktiva
Lancar PT Bumi Serpong Damai mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2015 yaitu
11,831,665,075,276 pada tahun 2013,
11,623,677,431,540 pada tahun 2014, dan 16,789,559,633,165 pada tahun 2015.
Disamping itu juga memiliki Utang Lancar yang meningkat dari tahun 2013-2015
yaitu 4,436,117,210,208 pada tahun 2013, 5,329,326,982,247 pada tahun 2014, dan
6,146,403,064,486 pada tahun 2015. Total Aktiva juga bertambah dari tahun
2013-2015 yaitu 22,572,159,491,478 pada tahun 2013, 28,134,725,397,393 pada
tahun 2014, dan 36,022,148,489,646 pada
tahun 2015. Hal berbeda terjadi pada Laba Ditahan stagnan pada tahun 2013 dan
2014 yaitu 5,374,730,698,224, dan naik dua kali lipat pada tahun 2015 yaitu
10,729,868,931,705.
Namun berbeda pada Laba Sebelum Bunga & Pajak yang menglami
fluktuasi dari tahun 2013-2015 yaitu 3,080,267,819,824 pada tahun 2013,
bertambah menjadi 3,921,696,261,616 pada tahun 2014, dan turun dua kali lipat
lebi pada tahun 2015 yaitu 1,787,115,220,316. Nilai Buku Saham Biasa &
Preferen serta Nilai Buku Total Utang bertambah dari tahun 2013-2015 seperti
yang tertera di tabel. Sedangkan Penjualan mengalami fluktuasi dari tahun
2013-2015 yaitu 5,741,264,172,193 pada tahun 2013, berkurang pada tahun 2014
yaitu 5,571,872,356,240, kemudian bertambah pada tahun 2015 yaitu
6.209.574.072.348.
Tabel 4.4
Data Keuangan Perusahaan Lippo Karawaci Tahun Buku 2013-2015
No
|
Akun Lporan Keuangan
|
PT. Lippo Karawaci
|
||
2013
|
2014
|
2015
|
||
1.
|
Aktiva Lancar
|
24,013,127,662,910
|
29,962,691,722,606
|
33,576,937,023,270
|
2.
|
Utang Lacar
|
4,436,117,210,208
|
5,725,392,423,352
|
4,856,883,553,932
|
3.
|
Total Aktiva
|
31,300,362,430,266
|
37,761,220,693,695
|
41,326,558,178,049
|
4.
|
Laba Ditahan
|
5,727,153,994,938
|
7,816,107,256,607
|
7,583,461,610,586
|
5.
|
Laba Sebelum Bunga & Pajak
|
1,917,909,816,718
|
3,681,201,760,602
|
1,024,129,208,959
|
6.
|
Nilai Buku Saham Biasa & Preferen
|
6,370,917,583,780
|
6,370,917,583,780
|
6,370,917,583,780
|
7.
|
Nilai Buku Total Utang
|
17,122,789,125,041
|
20,114,771,650,490
|
22,409,793,619,707
|
8.
|
Penjualan
|
6,666,214,436,739
|
11,655,041,747,007
|
8,910,177,991,351
|
Sumber:
Data Penelitian,2016
Dari data keuangan di atas, dapat dinyatakan bahwa berdasarkan
klasifikasi Altman Z-Score, Aktiva
Lancar PT Lippo Karawaci bertambah dari tahun 2013-2015 yaitu
24,013,127,662,910 pada tahun 2013, 29,962,691,722,606 pada tahun 2014, dan 33,576,937,023,270 pada tahun 2015. Disamping itu juga memiliki
Utang Lancar yang Fluktuatif dari tahun
2013-2015 yaitu 4,436,117,210,208 pada tahun 2013, bertambah pada tahun 2014
yaitu 5,725,392,423,352, dan berkurang menjadi 4,856,883,553,932 pada tahun 2015. Total Aktiva bertambah dari tahun 2013-2015 yaitu
31,300,362,430,266 pada tahun 2013, 37,761,220,693,695 pada tahun 2014, dan 41,326,558,178,049 pada tahun 2015. Hal yang sama terjadi pada Laba Ditahan yang juga bertambah
dari tahun 2013 dan 2015 yaitu 5,727,153,994,938 pada tahun 2013,
7,816,107,256,607 pada tahun 2014,dan kemudian berkurang pada tahun 2015 yaitu
7,583,461,610,586.
Namun berbeda pada Laba Sebelum Bunga & Pajak yang menglami
fluktuasi dari tahun 2013-2015 yaitu 1,917,909,816,718 pada tahun 2013,
bertambah menjadi 3,681,201,760,602 pada tahun 2014, dan turun pada tahun 2015 yaitu 1,024,129,208,959.
Nilai Buku Saham Biasa & Preferen mengalami stagnasi dari tahun 2013-2015
yaitu 6,370,917,583,780. Nilai Buku Total Utang
bertambah dari tahun 2013-2015 seperti yang tertera di tabel. Sedangkan Penjualan
mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2015 yaitu 6,666,214,436,739 pada tahun
2013, berkurang pada tahun 2014 yaitu 11,655,041,747,007, kemudian bertambah pada tahun 2015 yaitu 8,910,177,991,351.
D. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1.
Variabel Altman Z-Score
Berikut adalah beberapa variabel Altman
Z-Score yang digunakan didalam memprediksi kebangkrutan.
Model penilaian yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut:
Z’ = 0,717X1 + 0,847X2
+ 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 (3.7a)
Di
mana X1 = (Aktiva Lancar – Utang Lancar) / Total
Aktiva
X2 = Laba
yang Ditahan / Total Aset
X3 = Laba sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset
X4 = Nilai buku Saham Biasa dan Saham Preferen /
Nilai
Buku Total Utang
X5 = Penjualan / Total Aset
Nilai Z
kritis ditemukan 1,2. Hal ini berarti jika suatu perusahaan mempunyai nilai Z di atas 1,2 maka
perusahaan diperkirakan tidak mengalami kebangkrutan dan sebaliknya. Dengan
kriteria sebagai berikut:[32]
Kriteria keputusan:
Z’ > 2.9 = Area tidak bangkrut
1.23 < Z’ < 2.9 = Area rawan
Z’ < 1.2 =
Area bangkrut
Apabila nilai Z’ lebih dari 2.9 maka
berada di daerah tidak Bangkrut. Nilai Z’ di bawah 1.2 berada di daerah akan
mengalami kebangkrutan. Sedangkan nilai Z’ diantara 1.2 dan 2.9 berada di
daerah rawan atau abu-abu.
Berikut adalah penghitungan Variabel
Altman Z-Score perusahaan properti yang tergabung di Jakarta Islamic
Index tahun buku 2013-2015:
Tabel 4.5
Penghitungan
Variabel Altman Z-Score Perusahaan Properti Yang Menjadi Sampel Penelitian
No.
|
Variabel
|
Rumus
|
PT Astra International
|
PT Bumi
Serpong Damai
|
PT Lippo
Karawaci
|
||||||
2013
|
2014
|
2015
|
2013
|
2014
|
2015
|
2013
|
2014
|
2015
|
|||
1.
|
X1
|
(Aktiva
lancar-Utanga Lancat) / Total Aset
|
0,0804368
347
|
0,1004876
519
|
0,1178275
307
|
0,327640
245
|
0,2236899
632
|
0,2954614
595
|
0,6254563
504
|
0,641856879
995
|
0,694953916
694
|
2.
|
X2
|
Laba
yang Ditahan / Total Aset
|
0,3601783
228
|
0,3705434
502
|
0,3654725
175
|
0,2381132
696
|
0,316918
282
|
0,2978686
553
|
0,1829740473
|
0,206987674
472
|
0,18350092
398
|
3.
|
X3
|
Laba
sebelum Bunga & Pajak / Total Aset
|
0,1286157
556
|
0,1158840
651
|
0,0799804
429
|
0,1364631
426
|
0,1393898
894
|
0,0496115
666
|
0,0612743645
|
0,097486301
899
|
0,024781381
613
|
4.
|
X4
|
Nilai
Buku Saham Biasa & Saham Preferen / Nilai Buku Total Utang
|
0,0293397
399
|
0,0273367
616
|
0,0266017
392
|
5296024
212
|
0,6690235
558
|
0,5700766
349
|
0,3720724198
|
0,316728307
658
|
0,284291666
933
|
5.
|
X5
|
Penjualan
/ Total Aset
|
0,9060067
105
|
0,8545602
447
|
0,7504879
092
|
0,2543515
685
|
0,1980425
356
|
0,172382
113
|
0,2129756309
|
0,308651085
238
|
0,215604163
138
|
2.
Posisi Keuangan Perusahaan Properti Tahun Buku 2013-2015
Berdasarkan Klasifikasi Z-Score Model Altman
Berdasarkan data penghitungan variabel di atas, maka
posisi keuangan perusahaan properti yang tergabung di Jakarta Islamic Index tahun buku 2013-2014
berdasakan klasifikasi Altman Z-Score adalah sebagai berikut:
Tabel
4.6
Posisi
Keuangan Perusahaan Properti Berdasarkan Klasifikasi
Z-Score Model Altman Pada Tahun 2013
No
|
Variabel
|
Nama Perusahaan Properti
|
||
Astra International
|
Bumi Serpong Damai
|
Lippo Karawaci
|
||
1.
|
X1 0.717
|
0.05767321
|
0.234918056
|
0.448452203
|
2.
|
X2 0.847
|
0.305071039
|
0.201681939
|
0.154979018
|
3.
|
X3 3.107
|
0.399609153
|
0.423990984
|
0.190379451
|
4.
|
X4 0.420
|
0.012322691
|
2.224330169
|
0.156270416
|
5.
|
X5 0.998
|
0.904194697
|
0.253842865
|
0.21254968
|
Jumlah
|
1.67887079
|
3.338764013
|
1.162630768
|
Sumber: Data Diolah,2016
Dari data di atas, maka dapat
dijelaskan bahwa posisi keuangan PT. Astra International berdasarkan
klasifikasi Z-Score Model Altman berada pada jumlah 1.67887079,
ini dilihat dari nilai liquiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasi (X1)
sebesar 0.05767321, nilai profitabilitas komulatif (X2) sebesar 0.305071039,
nilai produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan (X3) sebesar 0.399609153, nilai buku saham biasa dan
preferen terhadap nilai buku total utang (X4) sebesar 0.012322691, dan nilai
penjualan terhadap total asset (X5) sebesar 0.904194697.
Posisi keuangan PT. Bumi Serpong
Damai berdasarkan klasifikasi Z-Score Model Altman berada pada jumlah yang sangat
tinggi, yaitu 3.338764013, ini dilihat dari nilai liquiditas aktiva
perusahaan relatif terhadap total
kapitalisasi (X1) sebesar 0.234918056, nilai profitabilitas komulatif (X2)
sebesar 0.201681939, nilai produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan
(X3) sebesar 0.423990984, nilai buku saham biasa dan
preferen terhadap nilai buku total utang (X4) sebesar 224330169, dan nilai
penjualan terhadap total asset (X5) sebesar 0.253842865.
Sedangkan Posisi keuangan PT. Lippo
Karawaci berdasarkan klasifikasi Z-Score Model Altman berada pada jumlah 1.162630768,
ini dilihat dari nilai liquiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasi (X1)
sebesar 0.448452203, nilai profitabilitas komulatif (X2) sebesar 0.154979018,
nilai produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan (X3) sebesar 0.190379451, nilai buku saham biasa dan
preferen terhadap nilai buku total utang (X4) sebesar 0.156270416, dan nilai
penjualan terhadap total asset (X5) sebesar 0.21254968.
Tabel
4.7
Posisi
Keuangan Perusahaan Properti Berdasarkan Klasifikasi
Z-Score Model Altman Pada Tahun 2014
NO
|
VARIABEL
|
Nama Perusahaan Properti
|
||
Astra International
|
Bumi Serpong Damai
|
Lippo Karawaci
|
||
1.
|
X1 0.717
|
0.072049646
|
0.160385704
|
0.460211383
|
2.
|
X2 0.847
|
0.313850302
|
0.268429785
|
0.17531856
|
3.
|
X3 3.107
|
0.36005179
|
0.433084386
|
0.30288994
|
4.
|
X4 0.420
|
0.01148144
|
0.280989893
|
0.133025889
|
5.
|
X5 0.998
|
0.852851124
|
0.197646451
|
0.308033783
|
Jumlah
|
1.610284303
|
1.340536219
|
1.379479556
|
Sumber: Data Diolah,2016
Dari data di atas, maka dapat
dijelaskan bahwa posisi keuangan PT. Astra International berdasarkan
klasifikasi Z-Score Model Altman berada pada jumlah 1.610284303,
ini dilihat dari nilai liquiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasi (X1)
sebesar 0.072049646, nilai profitabilitas komulatif (X2) sebesar 0.313850302,
nilai produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan (X3) sebesar 0.36005179, nilai buku saham biasa dan
preferen terhadap nilai buku total utang (X4) sebesar 0.01148144, dan nilai
penjualan terhadap total asset (X5) sebesar 0.852851124.
Posisi keuangan PT. Bumi Serpong
Damai berdasarkan klasifikasi Z-Score Model Altman berada pada jumlah 1.340536219,
ini dilihat dari nilai liquiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasi (X1)
sebesar 0.160385704, nilai profitabilitas komulatif (X2) sebesar 0.268429785,
nilai produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan (X3) sebesar 0.433084386, nilai buku saham biasa dan
preferen terhadap nilai buku total utang (X4) sebesar 0.280989893, dan nilai
penjualan terhadap total asset (X5) sebesar 0.197646451.
Sedangkan Posisi keuangan PT. Lippo
Karawaci berdasarkan klasifikasi Z-Score Model Altman berada pada jumlah 1.379479556,
ini dilihat dari nilai liquiditas aktiva perusahaan relatif
terhadap total kapitalisasi (X1) sebesar 0.460211383, nilai
profitabilitas komulatif (X2) sebesar
0.17531856, nilai produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan
(X3) sebesar 00.30288994, nilai buku
saham biasa dan preferen terhadap nilai buku total utang (X4) sebesar
0.133025889, dan nilai penjualan terhadap total asset (X5) sebesar 0.308033783.
Tabel
4.8
Posisi
Keuangan Perusahaan Properti Berdasarkan Klasifikasi
Z-Score Model Altman Pada Tahun 2015
No
|
Variabel
|
Nama Perusahaan Properti
|
||
Astra International
|
Bumi Serpong Damai
|
Lippo Karawaci
|
||
1.
|
X1 0.717
|
0.08448234
|
0.211845866
|
0.498281958
|
2.
|
X2 0.847
|
0.309555222
|
0.252294751
|
0.155425283
|
3.
|
X3 3.107
|
0.248499236
|
0.154143137
|
0.076995753
|
4.
|
X4 0.420
|
0.01117273
|
0.239432187
|
0.1194025
|
5.
|
X5 0.998
|
0.748986933
|
0.172037349
|
0.215172955
|
Jumlah
|
1.402696462
|
1.02975329
|
1.065278448
|
Sumber: Data Diolah,2016
Dari data di atas, maka dapat dijelaskan bahwa posisi keuangan PT.
Astra International berdasarkan klasifikasi Z-Score
Model Altman berada pada jumlah
1.402696462, ini dilihat dari nilai liquiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasi (X1)
sebesar 0.08448234, nilai profitabilitas komulatif (X2) sebesar 0.309555222,
nilai produktivitas yang sebenarnya dari aktiva perusahaan (X3) sebesar 0.248499236, nilai buku saham biasa dan
preferen terhadap nilai buku total utang (X4) sebesar 0.01117273, dan nilai
penjualan terhadap total asset (X5) sebesar 0.748986933.
Posisi keuangan PT.
Bumi Serpong Damai berdasarkan klasifikasi Z-Score
Model Altman berada pada jumlah yang rendah, yaitu 1.02975329, ini dilihat
dari nilai liquiditas aktiva perusahaan
relatif terhadap total kapitalisasi (X1) sebesar 0.211845866, nilai
profitabilitas komulatif (X2) sebesar 0.252294751, nilai produktivitas yang
sebenarnya dari aktiva perusahaan (X3) sebesar 0.154143137, nilai buku saham
biasa dan preferen terhadap nilai buku total utang (X4) sebesar 0.239432187,
dan nilai penjualan terhadap total asset (X5) sebesar 0.172037349.
Sedangkan Posisi
keuangan PT. Lippo Karawaci berdasarkan klasifikasi Z-Score Model Altman juga
berada pada jumlah yang rendah, yaitu 1.065278448, ini dilihat dari nilai
liquiditas aktiva perusahaan relatif
terhadap total kapitalisasi (X1) sebesar 0.498281958, nilai profitabilitas
komulatif (X2) sebesar 0.155425283, nilai produktivitas yang sebenarnya dari aktiva
perusahaan (X3) sebesar 0.076995753, nilai buku saham biasa dan preferen
terhadap nilai buku total utang (X4) sebesar 0.1194025, dan nilai penjualan
terhadap total asset (X5) sebesar 0.215172955.
Menurut data-data di
atas posisi keuangan PT Astra International Tbk berdasarkan klasifikasi Altman Z-Score
mengalami penurunan dari tahun
2013-2015 yaitu dengan jumlah 1,68 pada
tahun 2013, 161 pada tahun 2014, dan 1,40
pada tahun 2015. PT. Bumi Serpong Damai Tbk juga mengalami Penurunan,
berdasarkan klasifikasi Altman Z-Score posisi keuangan PT. Bumi Serpong Damai Tbk
Berada Pada Jumlah yang tinggi yaitu 3,4 pada tahun 2013, Namun Pada Tahun 2014
berada pada jumlah 1,3, dan 1,03 pada tahun 2015. Sedangkan posisi keuangan PT.
Lippo Karawaci Tbk berdasarkan klasifikasi Altman Z-Score mengalami fluktuasi
yaitu 1,16 pada tahun 2013, naik pada
1,38 pada tahun 2014, dan turun pada 1,06 pada tahun 2015.
3.
Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Properti Tahun Buku 2013-2015
Berdasarkan Klasifikasi Z-Score Model Altman
Berdasarkan data posisi
keuangan di atas, maka posisi keuangan masing-masing perusahaan properti yang
tergabung di Jakarta Islamic Index tahun
buku 2013-2014 berdasakan klasifikasi Altman Z-Score adalah sebagai
berikut:
1. PT Astra International Tbk
Berdasarkan data-data laporan keuangan pada halaman lampiran serta
data-data keuangan yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, maka Z-Score
yang diperoleh adalah sebagai
berikut :
Tabel
4.9
Klasifikasi
Z-Score PT Astra International
Tbk
Tahun
|
Z-Score
|
Klasifikasi
|
2013
|
1.68
|
Daerah Rawan
|
2014
|
1.61
|
Daerah Rawan
|
2015
|
1.40
|
Daerah Rawan
|
Sumber: Data Diolah,2016
Dari data klasifikasi Z-Score
di atas yang didapatkan dari penghitungan posisi keuangan dan variabel Z-Score. Maka PT Astra International dapat
dikategorikan sebagai perusahaan yang berada di daerah rawan. Hal tersebut
dapat dilihat dari nilai Z-Score yang
terus menurun dari tahun 2013, 2014 dan tahun 2015.
Pada tahun 2013 PT Astra International Tbk dikategorikan sebagai
perusahaan yang Berada di daerah Rawan,
ini dilihat dari nilai Z-Score sebesar 1,68, yang berada diantara batas
kriteria penilaian rawan antara 1,20-2,90. Perusahaan memiliki liquiditas
aktiva perusahaan relatif terhadap total
kapitalisasi sebesar 0.05 atau 5%. Perusahaan hanya menghasilkan
keuntungan komulatif sebesar 30% untuk semua investor dan produktivitas yang sebenarnya dari aktiva
sebesar 39%. Utang tidak dapat teratasi hanya dengan jaminan 1% nilai buku
saham. Penggunaan aset perusahaan kurang efisien, yaitu dalam satu tahun total aktiva berputar 0.90 kali.
Pada tahun 2014 PT Astra International Tbk dikategorikan sebagai
perusahaan yang Berada di daerah Rawan,
ini dilihat dari nilai Z-Score sebesar 1.61, yang berada diantara batas kriteria penilaian rawan antara
1,20-2,90. Perusahaan memiliki liquiditas aktiva perusahaan relatif terhadap
total kapitalisasi sebesar 0.07 atau 7%.
Perusahaan hanya menghasilkan keuntungan komulatif sebesar 31% untuk semua
investor dan produktivitas yang sebenarnya
dari aktiva sebesar 36%. Utang tidak dapat teratasi hanya dengan jaminan 1%
nilai buku saham. Penggunaan aset perusahaan kurang efisien, yaitu dalam
satu tahun total aktiva berputar 0.85
kali.
Pada tahun 2015 PT Astra International Tbk dikategorikan sebagai
perusahaan yang Berada di daerah Rawan,
ini dilihat dari nilai Z-Score sebesar 1,40, yang berada diantara batas
kriteria penilaian rawan antara 1,20-2,90. Perusahaan memiliki liquiditas
aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasi sebesar 0.08 atau 8%. Perusahaan
hanya menghasilkan keuntungan komulatif sebesar 30 % untuk semua investor
dan produktivitas yang sebenarnya dari
aktiva sebesar 24%. Utang tidak dapat teratasi hanya dengan jaminan 1% nilai
buku saham. Penggunaan aset perusahaan kurang efisien, yaitu dalam
satu tahun total aktiva berputar 0.74
kali.
Menurut data-data di atas posisi keuangan PT Astra international
Tbk dikategorikan sebagai perusahaan
yang berada di daerah rawan. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Z-Score yang terus menurun dari tahun 2013
sebesar 1,68, 2014 sebesar 1,61 dan tahun 2015 sebesar 1,40 yang
diklasifikasikan berada di daerah rawan. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah
utang yang terus bertambah, sedangan laba semakin menurun. Nilai saham yang
stagnan cukup membantu PT Astra International dalam mengurangi kebangruta. Apabila
PT Astra International tidak melakukan pembenahan sedini mungkin, tidak menutup
kemungkinan PT Astra International terus mengalami pelemahan keuangan, bahkan
tidak menutup kemungkinan akan solvable
atau utang lebih besar dibandingkan aset, yang nantinya akan berujung kepada
kebangkrutan. Dari data prediksi kebangkrutan di atas, maka diharapkan membantu
pihak manajemen agar mengantisipasi kemungkinan terburuk dan menjadi early warning system untuk melakukan
perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang diantaranya adalah dengan
mengurangi beban utang dan terus meningkatkan asset perusahaan.
2.
PT Bumi Serpong Damai Tbk
Berdasarkan data-data laporan keuangan pada halaman lampiran serta
data-data keuangan yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, maka Z-Score
yang diperoleh adalah sebagai
berikut :
Tabel
4.10
Klasifikasi
Z-Score PT Bumi Serpong Damai Tbk
Tahun
|
Z-Score
|
Klasifikasi
|
2013
|
3.34
|
Tidak Bangkrut
|
2014
|
1.34
|
Daerah Rawan
|
2015
|
1.03
|
Bangkrut
|
Sumber: Data Diolah,2016
Dari data klasifikasi Z-Score
di atas yang didapatkan dari penghitungan posisi keuangan dan variabel Z-Score. Maka PT Bumi Serpong Damai dapat
dikategorikan sebagai perusahaan yang Bangkrut. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai Z-Score yang terus menurun dari
tahun 2013, 2014 dan tahun 2015.
Pada tahun 2013 PT Bumi Serpong Damai Tbk dikategorikan sebagai
perusahaan yang Tidak Bangkrut, ini dilihat dari nilai Z-Score sebesar 3,34, yang berada di atas batas
kriteria penilaian tidak bangkrut (2,90). Perusahaan memiliki liquiditas aktiva
perusahaan relatif terhadap total kapitalisasi sebesar 0.23 atau 23 %.
Perusahaan menghasilkan keuntungan komulatif sebesar 20% untuk semua investor
dan produktivitas yang sebenarnya dari
aktiva sebesar 42%. Utang tidak teratasi dengan jaminan 2,22% nilai buku saham.
Penggunaan aset perusahaan kurang efisien, yaitu dalam
satu tahun total aktiva berputar 0.25
kali.
Pada tahun 2014 PT Bumi Serpong Damai Tbk dikategorikan sebagai
perusahaan yang berada di daerah Rawan,
ini dilihat dari nilai Z-Score sebesar 1.34, yang berada di diantara batas
kriteria penilaian rawan antara 1,20-2,90. Perusahaan memiliki liquiditas
aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasi sebesar 0.16 atau 16%.
Perusahaan hanya menghasilkan keuntungan komulatif sebesar 26% untuk semua
investor dan produktivitas yang
sebenarnya dari aktiva sebesar 43%. Utang tidak dapat teratasi hanya dengan
jaminan 28% nilai buku saham. Penggunaan aset
perusahaan kurang efisien, yaitu dalam satu tahun total aktiva berputar 0.19 kali.
Pada tahun 2015 PT Bumi Serpong Damai Tbk dikategorikan sebagai
perusahaan yang Bangkrut, ini dilihat dari nilai Z-Score sebesar 1.03, yang
berada di bawah batas kriteria penilaian bangkrut (1,20). Perusahaan memiliki
liquiditas aktiva perusahaan relatif
terhadap total kapitalisasi sebesar 0.21
atau 21%. Perusahaan hanya menghasilkan keuntungan komulatif sebesar 25% untuk
semua investor dan produktivitas yang
sebenarnya dari aktiva sebesar 15%. Utang tidak dapat teratasi hanya dengan
jaminan 23% nilai buku saham. Penggunaan
aset perusahaan kurang efisien,
yaitu dalam satu tahun total aktiva
berputar 0.17 kali.
Menurut data-data di atas posisi keuangan PT Bumi Serpong Damai
Tbk dikategorikan sebagai perusahaan
yang bangrut. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Z-Score yang terus menurun dari tahun 2013 sebesar 3,34, 2014 sebesar
1,34 dan tahun 2015 sebesar 1,03 yang diklasifikasikan bangkrut. Hal tersebut
disebabkan oleh jumlah utang yang terus bertambah drastis terutama di tahun
2015, sedangan laba hanya naik di tahun 2014 dan turun drastis di tahun 2015.
Apabila PT Bumi Serpong Damai Tbk tidak melakukan pembenahan sedini mungkin,
tidak menutup kemungkinan PT Bumi Serpong Damai Tbk terus mengalami pelemahan
keuangan, bahkan tidak menutup kemungkinan akan solvable atau utang lebih besar dibandingkan aset, yang nantinya
akan berujung kepada kebangkrutan. Dari data prediksi kebangkrutan di atas,
maka diharapkan membantu pihak manajemen agar mengantisipasi kemungkinan
terburuk dan menjadi warning untuk
melakukan perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang diantaranya adalah
dengan mengurangi beban utang dan terus meningkatkan asset perusahaan.
3.
PT Lippo Karawaci Tbk
Berdasarkan data-data laporan keuangan pada halaman lampiran serta
data-data keuangan yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, maka Z-Score
yang diperoleh adalah sebagai
berikut :
Tabel
4.11
Klasifikasi
Z-Score PT Lippo Karawaci Tbk
Tahun
|
Z-Score
|
Klasifikasi
|
2013
|
1.16
|
Bangkrut
|
2014
|
1.38
|
Daerah Rawan
|
2015
|
1.06
|
Bangkrut
|
Sumber: Data Diolah,2016
Dari data klasifikasi Z-Score
di atas yang didapatkan dari penghitungan posisi keuangan dan variabel Z-Score. Maka PT Lippo Karawaci dapat
dikategorikan sebagai perusahaan yang Bangkrut. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai Z-Score yang Fluktuatif turun
dari tahun 2013, 2014 dan tahun 2015.
Pada tahun 2013 PT Lippo Karawaci Tbk dikategorikan sebagai
perusahaan yang Bangkrut, ini dilihat dari nilai Z-Score sebesar 1,16, yang
berada di bawah batas kriteria penilaian bangkrut (1,20). Perusahaan memiliki
liquiditas aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasi sebesar 0.44
atau 44%. Perusahaan hanya menghasilkan keuntungan komulatif sebesar 15% untuk
semua investor dan produktivitas yang
sebenarnya dari aktiva sebesar 19%. Utang tidak dapat teratasi hanya dengan
jaminan 15% nilai buku saham. Penggunaan aset
perusahaan kurang efisien, yaitu dalam satu tahun total aktiva berputar 0.21 kali.
Pada tahun 2014 PT Lippo Karawaci Tbk dikategorikan sebagai
perusahaan yang Berada di daerah Rawan,
ini dilihat dari nilai Z-Score sebesar 1,38, yang berada diantara batas
kriteria penilaian rawan antara 1,20-2,90. Perusahaan memiliki liquiditas
aktiva perusahaan relatif terhadap total kapitalisasi sebesar 0.46 atau 46%.
Perusahaan hanya menghasilkan keuntungan komulatif sebesar 0.17 untuk semua
investor dan produktivitas yang
sebenarnya dari aktiva sebesar 30%. Utang tidak dapat teratasi hanya dengan
jaminan 13% nilai buku saham. Penggunaan aset
perusahaan kurang efisien, yaitu dalam satu tahun total aktiva berputar 0.30 kali.
Pada tahun 2015 PT Lippo Karawaci Tbk dikategorikan sebagai
perusahaan yang bangkrut, ini dilihat dari nilai Z-Score sebesar 1,06, yang
berada di bawah batas kriteria penilaian bangkrut (1,20). Perusahaan memiliki
liquiditas aktiva perusahaan relatif terhadap
total kapitalisasi sebesar 0.49 atau
49%. Perusahaan hanya menghasilkan keuntungan komulatif sebesar 15% untuk semua
investor dan produktivitas yang
sebenarnya dari aktiva sebesar 7%. Utang tidak dapat teratasi hanya dengan
jaminan 11% nilai buku saham. Penggunaan aset
perusahaan kurang efisien, yaitu dalam satu tahun total aktiva berputar 0.21 kali.
Menurut data-data di atas posisi keuangan PT Lippo Karawaci Tbk dikategorikan sebagai perusahaan yang
bangrut. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Z-Score yang flutuatif dari
tahun 2013 sebesar 1,16, 2014 sebesar 1,38 dan tahun 2015 sebesar 1,06 yang
diklasifikasikan bangkrut. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah utang yang terus
bertambah, sedangan laba hanya naik di tahun 2014 dan turun drastis di tahun
2015. Naiknya penjualan dan laba pada tahun 2014 membuat PT Lippo Karawaci Tbk
berada di posisi rawan dari sebelumnya yang berada di kategori bangkrut.
Apabila PT Lippo Karawaci Tbk tidak melakukan pembenahan sedini mungkin, tidak
menutup kemungkinan PT Lippo Karawaci Tbk terus mengalami pelemahan keuangan,
bahkan tidak menutup kemungkinan akan solvable
atau utang lebih besar dibandingkan aset, yang nantinya akan berujung kepada
kebangkrutan. Dari data prediksi kebangkrutan di atas, maka diharapkan membantu
pihak manajemen agar mengantisipasi kemungkinan terburuk dan menjadi early warning system untuk melakukan
perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang diantaranya adalah dengan
mengurangi beban utang dan terus meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.
Dari analisis data di atas diperoleh hasil bahwa ke tiga perusahan
properti yang go public di JII pada tahun 2013 sampai 2015 tidak
sepenuhnya terbebas dari Kemungkinan bangkrut. Walaupun prediksi ini dilakukan
setelah terjadinya masalah-masalah yang ada pada perusahaan properti.
Pada tahun 2013 terdapat 1 perusahaan yang berada di daerah tidak
bangkrut, yaitu PT Bumi Serpong Damai Tbk. Kemudian 1 perusahaan dalam posisi
berada di daerah rawan, yaitu PT Asra International Tbk. Dan 2 perusahaan dalam
kondisi berada di daerah bangkrut, yaitu PT.Bumi Serpong Damai Tbk dan PT.Lippo
Karawaci Tbk.
Pada tahun 2014 tidak terdapat
perusahaan yang tidak bangkrut. Kemudian 3 perusahaan dalam posisi
berada di daerah rawan, yaitu PT Bumi Serpong Damai Tbk PT Atra International
Tbk serta PT. Lippo Karawaci Tbk. Dan tidak ada perusahaan dalam kondisi
bangkrut.
Pada tahun 2015 terdapat 2 perusahaan dalam kondisi Bangkrut,
yaitu PT Bumi Serpong Daamai Tbk dan PT. Lippo Karawaci Tbk. Kemudian 1
perusahaan dalam kategori berada di daerah rawan, yaitu PT. Astra International
Tbk. Namun Tidak ada Perusahaan yang tidak bangkrut.
Jika dianalisa lebih jauh, Laba bersih emiten berkode saham BSDE
anjlok 46% dari Rp 3,218 triliun di kuartal III-2014 menjadi Rp 1,729 triliun
di kuartal III-2015. Laba per saham juga turun dari Rp 178,03 ke Rp 91,93 per
saham. Tertekannya laba perseroan disebabkan tingginya beban pokok penjualan
yang naik dari Rp 953,246 miliar di kuartal III-2014 menjadi Rp 1,174 triliun
di kuartal III-2015. Beban usaha juga naik dari Rp 1,078 triliun menjadi Rp
1,290 triliun di kuartal III-2015.[33] PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) mencatatkan perolehan laba bersih setelah pajak
pada kuartal III-2015 sebesar Rp 66 miliar. Dibanding periode yang sama tahun
lalu yang tercatat sebesar Rp 1 triliun, perolehan laba ini tercatat turun
signifikan hingga 93,4%. Hal ini berbanding terbalik dengan catatan perolehan
pendapatan sebesar Rp 6,8 triliun, meningkat 10% dibanding periode yang sama
tahun lalu sebesar Rp 6,1 triliun. Sayang hal tersebut tak cukup mengimbangi
besarnya tekanan dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
Serikat (AS). Perlemahan kurs rupiah terhadap dolar AS di luar perkiraan telah
berdampak negatif terhadap laba bersih perseroan, sehingga untuk periode
sembilan bulan tahun 2015 terdapat kerugian nilai tukar mata uang asing yang
belum terealisasi sebesar Rp 786 miliar dengan kurs 1 US$ = Rp14.657 di mana
tingkat lindung nilai obligasi perusahaan pada kurs Rp 13.200-13.500.[34]
Melemahnya Rupiah pada tahun 2013 berdampak pada perekonomian
Nasional, terutama sektor properti. Otoritas moneter (Bank Indonesia) mencatat,
penurunan rupiah terhadap US$ sudah terasa sejak 14 Agustus 2013. Pada periode
14 Agustus 2013 hingga 20 Agustus 2013, rupiah melemah dari Rp10.797 per US$
menjadi Rp11.004 per US$. Terkaparnya rupiah atas dolar Amerika Serikat
menggoyang stabilitas perekonomian Indonesia. Sejumlah sektor ekonomi Indonesia
pun terpukul. Terutama sektor yang berbasis impor. Sektor lain yang diprediksi
akan terpengaruh kinerja pertumbuhan akibat pelemahan rupiah adalah properti.
Menurut Ciputra, Ketua Umum REI periode 1972-1974, kondisi perekonomian
Indonesia sedang tidak menentu karena masih terpengaruh oleh lesunya
perekonomian global dan pelemahan rupiah terhadap US$. Menurut Direktur
Eksekutif Indonesia Properti Watch (IPW) Ali Tranghanda, pasar properti
Indonesia terus mengalami pertumbuhan signifikan sejak 2009 dan diprediksi
melambat di 2014. Siklus properti yang tengah melambat, lanjutnya, juga terkena
dampak perekonomian yang melemah. Kondisi ini yang seharusnya diwaspadai oleh
para pelaku bisnis properti saat ini. Dalam jangka menengah bila kondisi ini
tidak bisa teratasi dengan baik oleh pemerintah maka pasar properti
diperkirakan akan lebih terpukul dan relatif akan terjadi perlambatan yang
lebih dalam lagi.[35]
Dari faktor Politik pada tahun 2014. Menurut Ali, Kondisi politik tahun 2014
relatif agak berbeda dengan iklim pemilu yang lalu dan diperkirakan lebih
bergejolak dibandingkan pemilu yang lalu. Hal ini turut mempengaruhi
pertumbuhan pasar properti nasional yang relatif akan berdampak merosotnya
pasar properti lebih besar lagi.[36]
Dari data-data diatas, dapat disimpulkan bahwa
Perusahaan-perusahaan properti yang terdaftar di Jakarta Islamic Index pada
tahun 2013 sampai 2015 menurut klasifikasi Z-Score Altman masih terdapat perusahaan yang berada
di daerah bangkrut. Namun dalam kenyataannya pada tahun 2013 sampai 2015
perusahaan-perusahaan properti yang dikategorikan berada di daerah bangkrut
ternyata masih eksis dan masih terdaftar di Jakarta Islamic Index. Ini
menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen dengan pihak
investor. Pihak manajemen mungkin mengetahui adanya kebangkrutan, namun dipihak
lain investor tidak memperhatikan itu, mereka mungkin melihat dari tingginya
transaksi saham. Investor mengira saham yang paling aktif, bagus untuk
investasi. Untuk itu para investor banyak yang tertarik dengan perusahaan
tersebut.
Untuk itu seorang investor muslim harus mempertimbangkan bisnis
yang rasional dalam menginvestasikan hartanya, misalnya: manajemen aktiva
investasi harus berkualitas; investor juga harus memperhatikan perkiraan risk
dan return dari investasi itu, lingkungan investasi harus sesuai dengan
aturan yang berlaku; dan tingkat likuiditasnya harus bagus.[37] Hal-hal tersebut harus
diperhatikan supaya investasi syariah tidak berujung pada kerugian.
Kesulitan Usaha meskipun nampaknya jelas, tetapi sulit di definisikan
dengan tegas. Ada beberapa usaha yang sebenarnya sudah bangkrut tetapi tidak
bangkrut karena ditolong oleh lembaga lainnya.[38]
D.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan
hasil analisis data tentang posisi keuangan dan prediksi kebangkrutan
perusahaan properti yang tergabung
di JII menurut klasifikasi Z-Score model Altman dapat disimpulkan bahwa:
1.
Posisi keuangan perusahaan
properti tahun buku 2013-2015 berdasarkan Altman Z-Score a. Pada tahun 2013 dari tiga perusahaan yang ada, satu dalam
kondisi tidak bangkrut, yaitu PT Bumi Serpong Damai Tbk. Kemudian satu dalam
kondisi rawan, yaitu PT Astra International Tbk. Dan yang terakhir satu
perusahaan dalam kondisi bangkrut yaitu
PT Lippo Karawaci Tbk. b. Pada tahun 2014 dari tiga perusahaan yang ada, tidak
ada perusahaan dalam kondisi tidak
bangkrut. Kemudian tiga dalam kondisi rawan, yaitu PT Astra International Tbk,
PT Bumi Serpong Damai Tbk, dan PT Lippo Karawaci Tbk. Sedangkan c. pada tahun
2015 dari tiga perusahaan yang ada, tidak ada perusahaan dalam kondisi
tidak bangkrut. Kemudian satu perusahaan dalam kondisi rawan, yaitu PT
Astra International Tbk. Dan yang terakhir dua perusahaan dalam kondisi
bangkrut yaitu PT Bumi Serpong Damai Tbk dan PT Lippo Karawaci.
2.
Prediksi kebangkrutan
perusahaan properti tahun buku 2013-2015 berdasarkan Altman Z-Score adalah sebagai berikut:
a.
PT Astra international Tbk
berdasarkan klasifikasi Z-Score diprediksi
sebagai perusahaan yang berada di daerah rawan. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai Z-Score yang terus menurun dari
tahun 2013 sebesar 1,68, 2014 sebesar 1,61 dan tahun 2015 sebesar 1,40 yang
diklasifikasikan berada di daerah rawan.
b.
PT Bumi Serpong Damai Tbk
berdasarkan klasifikasi Z-Score diprediksi
sebagai perusahaan yang bangkrut. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Z-Score yang terus menurun segnifikan dari
tahun 2013 sebesar 3,34, 2014 sebesar 1,34 dan tahun 2015 sebesar 1,03 yang diklasifikasikan
bangkrut.
c.
PT Lippo Karawaci Tbk
berdasarkan klasifikasi Z-Score diprediksi
sebagai perusahaan yang bangkrut. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai Z-Score yang terus menurun fluktuatif dari
tahun 2013 sebesar 1,16, 2014 sebesar 1,38 dan tahun 2015 sebesar 1,06 yang
diklasifikasikan bangkrut.
Saran
Berdasarkan
pembahasan dan kesimpulan di atas, beberapa saran yang dapat peneliti ajukan
adalah sebagai berikut :
1.
Bagi perusahaan yang
mengalami kesulitan likuiditas dan solvabilitas sebaiknya perusahaan tersebut
lebih mengoptimalkan modal yang ada, jangan tergantung pada utang.
2.
Bagi para investor dalam
menanamkan saham pada perusahaan properti yang go public di JII
sebaiknya memilih perusahaan yang mempunyai Z-Score di atas rata-rata tidak bangkrut dan dengan trend
positive , yaitu yang menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun.
3.
Untuk
pembaca, walaupun kesulitan usaha nampak jelas, tetapi sulit didefinisikan
dengan tegas. Karena sebenarnya ada bebarapa usaha yang sebenarnya bangkrut tetapi tidak bangkrut karena ditolong oleh lembaga
lainnya.[39]
4.
Untuk penelitian
selanjutnya, peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian tentang bagaimana
pengaruh Z-Score yang dimiliki
perusahaan terhadap harga saham perusahaan.
Daftar
Rujukan
Alwi,
Syafaruddin. Alat-Alat Analisa Dalam
Pembelanjaan. Yogyakarta:Andioffset, 1983.
Bastian,
Indra. Akuntansi Sektor Publik:Suatu Pengantar.
Jakarta:Erlangga, 2005.
Fathuddin,
Fahmy. “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Yang Go Public Di Jakarta Islamic
Index Tahun 2005-2006”. Skripsi Strata Satu,Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, 2008.
Hanafi,
Mamduh M. Manajemen Keuangan, ed. 2104/2015. Yogyakarta:BPFE,2015.
Harahap, Sofyan syafri. Analisis
Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali pers,2013.
Haryati,Dwi. “
Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Chemical And Allied Products
Yang go public di Bursa Efek
Jakarta,”. Skripsi Strata Satu, Universitas Cokroaminoto, Yogyakarta,2004.http://digilib.uinsuka.ac.id/1025/2/BAB%20I,%20BAB%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf. Diakses tanggal 26 Oktober
2015
http://artikel.bloggaring.com/pengertian-properti-properti-definisi-properti-istilah-properti.htm.
Akses pada tanggal 27 Oktober 2015.
http://artikel.bloggaring.com/pengertian-properti-properti-definisi-properti-istilah-properti.htm. Akses pada tanggal 27 Oktober 2015.
http://belajarbisnisproperti.net/pengertian-bisnis-properti. akses tanggal 28 Oktober 2015.
http://belajarbisnisproperti.net/pengertian-bisnis-properti.
Akses tanggal 28 Oktober 2015.
http://www.rei.or.id/liputan-3-Pelemahan%20Rupiah%20Goyang%20Industri%20Properti.php. Diakses tanggal 28-April-2016
https://dwiermayanti.wordpress.com/2009/10/15/kinerja-keuangan-perusahaan/
diakses pada tanggal 09-April-2016.
Indriantoro
, Nur dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta :
BPFE, 2002.
Kamaluddin
dan Rini Indriani. Manajemen Keuangan
“Konsep Dasar dan Penerapannya”, ed.Revisi. Bandung :: Mandar Maju,2012.
Kamus
besar bahasa indonesia digital. Departemen pendidikan nasional. Tanggal 11
Oktober 2015.
Kasmir, Analisi Laporan Keuangan .Jakarta: Rajawali Pers,2014.
Mufidah,
Ana. “Struktur Modal Perusahaan Properti Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.”
Bisma Jurnal Bisnis Dan Manajemen”, vol.6,
1 .Januari,2012.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=25152&val=1573. Diakses tanggal 26 Oktober 2015.
Novia,
Windy. Kamus
Ilmiah Populer Edisi Lengkap . Tk : Wipress, 2009.
Permana, Sudaryat. Bikin Perusahaan itu Gampang.
Yogyakarta:MedPress,2009.
Pertiwi, Tri Kartika
dan Ferry Madi ika Pratama, “Pengaruh
Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food
And Beverage” Jurnal Manajemen
Dan Kewirausahaan, Vol.14, No. 2. September,2012.
Praptapa,
Agung. The Art of Controlling People
Strategi Mengendalikan Perusahaan. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2009.
Prastowo, Dwi dan Rifka Juliaty, Analisis Laporan
Keuangan Konsep Dan Aplikasi. Yogyakarta : UPP STIM YKPN, 2008.
Presetyantoko,
A. Bencana Finansial Stabilitas Sebagai
Barang Publik. Jakarta:Kompas,2008.
Purwandoko, Ardhiansyah. “Analisis Potensi Kebangkrutan Perusahaan Berdasarkan Penerapan Analisis Diskriminan
Altman (Z-Score ) Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Mencatatkan
Diri di Bursa Efek Jakarta,” http://library.Gunadarma.ac.id/go.php?id=jiptumm-gdl-S1-2003-ardhiansyah-930.,akses
08 Oktober 2015.
Rangkuti,
Freddy. Analisis Swot Teknik Membedah
Kasus Bisnis. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,2006.
Rantelino,
Ronaldi dkk, “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
1998-2013” Finesta,, vol.3.No.1. Januari:2015.
Riyanto,
Bambang. Dasar-dasar
Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gajah
Mada,1982.
Sawir,
Agnes. Kebijakan Pendaan dan
Restrukturisasi Perusahaan. Jakarta
: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2004.
Setyanto,
Budi. “High Return Dunia Akhirat”, Reportase, No.22/II Agustus 2004.
Stain
Pamekasan, Pedoman Penilisan Karya Ilmiyah (Artikel, Makalah, & Skripsi)
. Pamekasan : Stain Press, 2009.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D .
Bandung : Alfabeta, 2010.
Suprapti,
Sri. Ips Terpadu (Ekonomi Untuk Smp !
Mts) . Solo : Putra Kertonatan,2006.
Syarif,
Reza M. Life Excellence, Menuju Hidup Lebih Baik
.Jakarta : Prestasi,2005.
Tyas,
Ari Anggraini Winda Prasetyoning. “Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap
Industri Properti di Indonesia,”. Jakarta:Fakultas Ekonomi Universitas Esa
Unggul, 2012. hlm.7. http://akuntansi-esaunggul.blogspot.co.id/p/jurnal-artikel.html.
Diakses tanggal 27-03-2016
Usman,
Marzuki, dkk. Menjaring Laba Di Bursa Saham. Jakarta:Multijasa Reka
Kreativa,1989.
Wild, K.R.
Subramanyam John J. Analisis Laporan Keuangan Financial Statement Analisis.
Jakarta : Salemba Empat, 2011.
Yaya, Rizal, dkk., Akuntansi Perbankan Syariah Teori Dan Praktik
Kontemporer . Jakarta
: Salemba Empat,2009.
[1] Ana Mufidah, “Struktur Modal Perusahaan Properti Dan Factor-Faktor Yang
Mempengaruhinya.” Bisma Jurnal Bisnis Dan
Manajemen, vol.6, 1 (Januari, 2012), hlm. 45-54.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=25152&val=1573. Diakses tanggal 26 Oktober 2015.
[2]Marzuki Usman, dkk, Menjaring Laba
Di Bursa Saham (Jakarta:Multijasa Reka Kreativa,1989), hlm.77.
[3] Mamduh M. Hanafi, Manajemen
keuangan (Yogyakarta:BPFE, 2015), hlm. 639.
[4] Ronaldi Rantelino, dkk, “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
1998-2013” Finest,, vol.3.No.1 (Januari,2015), hlm.,96.
[5] Ibid.
[6] Ari Anggraini Winda Prasetyoning Tyas, “Dampak Krisis
Keuangan Global Terhadap Industri Properti di Indonesia.”
http://www.esaunggul.ac.id/article/dampak-krisis-keuangan-global-terhadap-industri-properti-di-indonesia-2/. Diakses tanggal 27-Maret-2016.
[7] Ronaldi Rantelino, dkk, “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
1998-2013” Finest,, vol.3.No.1 (Januari,2015), hlm.,96.
[8] http://marthahindriyani.blogspot.co.id/2013/01/krisis-1997-dan-krisis-2008-dampak-dan.html. diakses tanggal 28-April-2016
[9] Ronaldi Rantelino, dkk, “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
1998-2013”, hlm.,96.
[10] Ari Anggraini Winda Prasetyoning Tyas, “Dampak Krisis Keuangan Global
Terhadap Industri Properti di Indonesia.”
http://www.esaunggul.ac.id/article/dampak-krisis-keuangan-global-terhadap-industri-properti-di-indonesia-2/. Diakses tanggal 27-Maret-2016.
[11] Kamaluddin dan Rini Indriani, Manajemen
Keuangan “Konsep Dasar dan Penerapannya”, ed. Revisi (Bandung:Mandar
Maju,2012), hlm.53.
[12] Ibid. hlm.57.
[13] Ronaldi Rantelino, dkk, “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
1998-2013” Finesta, vol.3.No.1 (Januari,2015), hlm.,101
[14] Fahmy Fathuddin, “Prediksi Kebangkrutan Perusahaan Pertambangan Yang Go Public Di Jakarta Islamic Index Tahun 2005-2006”, (Skripsi
Strata Satu,Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008), hlm.
Abstrak. Tidak dipublikasikan.
[22] Kamaluddin dan Rini Indriani, Manajemen
Keuangan “Konsep Dasar dan Penerapannya”, ed. Revisi (Bandung:Mandar
Maju,2012), hlm.57
[23] Nur Indriantoro dan
Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis (Yogyakarta:BPFE, 2002),
hlm.30.
[24] Ibid.hlm.26.
[25] Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:Alfabeta,
2010), hlm.80.
[28] Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis .
hlm.147.
[29] Ibid.hlm.656.
[30] K.R. Subramanyam
John J. Wild, Analisis Laporan Keuangan Financial Statement Analysis (Jakarta:Salemba
Empat, 2011), hlm. 288.
[31]
Mamduh M. Hanafi, Manajemen Keuangan, ed.
2014/2015 (Yogyakarta:BPFE,2015), hlm. 657.
[32] Ibid.
[33] http://finance.detik.com/read/2015/10/29/194800/3057237/6/laba-bumi-serpong-damai-jatuh-46-jadi-rp-17-t. Diakses tanggal
28-April-2016.
[34] http://finance.detik.com/read/2015/11/30/200824/3084394/6/tertekan-rugi-kurs-laba-lippo-karawaci-rontok-934. Diakses tanggal
28-April-2016.
[35]http://www.rei.or.id/liputan-3-Pelemahan%20Rupiah%20Goyang%20Industri%20Properti.php. Diakses
tanggal 28-April-2016
[36]Ibid.
[37] Budi Setyanto, “High
Return Dunia Akhirat”, Reportase, No.22/II Agustus 2004, hlm. 9.
[38] Mamduh M. Hanafi, Manajemen Keuangan, ed. 2014/2015
(Yogyakarta:BPFE,2015), hlm. 567
[39] Mamduh M. Hanafi, Manajemen Keuangan, ed. 2014/2015
(Yogyakarta:BPFE,2015), hlm. 567
Tidak ada komentar:
Posting Komentar