BAB I
PENDAHULUAN
MENGENAL BUDAYA ROTE
Mengenal
Budaya Rote
- Kabupaten Rote Ndao adalah salah satu pulau paling selatan dalam jajaran
kepulauan Nusantara Indonesia. Pulau-pulau kecil yang mengelilingi pulau Rote
antara lain Pulau Ndao,Ndana, Naso, Usu, Manuk, Doo, Helina, Landu.
Konon menurut lagenda seorang Portugis
diabad ke 15 mendaratkan perahunya , dan bertanya kepada seorang nelayan
setempat apa nama pulau ini, sang nelayan menyebut namanya sendiri, Rote. Sang
pelaut Portugis mengira nama pulau itu yang dimaksudkan.
Sebagian
besar penduduk yang mendiami pulau/kabupaten Rote Ndao menurut tradisi tertua
adalah suku-suku kecil Rote Nes, Bara Nes, Keo Nes, Pilo Nes, dan Fole Nes.
Suku-suku tersebut mendiami wilayah kestuan adat yang disebut Nusak.
Masyarakat Rote Ndao mengenal suatu
lagenda yang menuturkan bahwa awal mula orang Rote datang dari Utara, dari
atas, lain do ata, yang konon kini Ceylon. Kedatangan mereka menggunakan perahu
lete-lete.
Strata sosial terdapat pada setiap
leo. Lapisan paling atas yaitu mane leo (leo mane). Yang menjadi pemimpin suatu
klein didampingi leo fetor (wakil raja) yang merupakan jabatan kehormatan untuk
keluarga istri mane leo. Fungsi mane leo untuk urusan yang sifatnya spiritual,
sedangkan fetor untuk urusan duniawi.
Filosofi kehidupan orang Rote yakni
mao tua do lefe bafi yang artinya kehidupan dapat bersumber cukup dari mengiris
tuak dan memelihara babi. Dan memang secara tradisonal orang-orang Rote memulai
perkampungan melalui pengelompokan keluarga dari pekerjaan mengiris tuak.
Dengan demikian pada mulanya ketika ada sekelompok tanaman lontar yang berada
pada suatu kawasan tertentu, maka tempat itu jugalah menjadi pusat pemukiman
pertama orang-orang Rote.
Secara tradisional pekerjaan
menyadap nira lontar tugas kaum dewasa samapi tua. Tetapi perkerjaan itu hanya
sampai diatas pohon, setelah nira sampai ke bawah seluruh pekerjaan dibebankan
kepada wanita. Kaum pria bangun pagi hari kira-kira jam 03.30, suatu suasana
yang dalam bahasa Rote diungkap sebagai; Fua Fanu Tapa Deik Malelo afe take tuk
(bangun hampir siang dan berdiri tegak,sadar dan cepat duduk).
BAB II
PEMBAHASAN
ADAT ISTIADAT
Mengenal Budaya
Sabu - Sabu atau Sawu merupakan sebuah
pulau dalam wilayah Kabupaten Kupang, terletak di keliling lautan Indonesia dan
Laut Sawu. Luas wilayah pulau Sabu 460,87 km.
Iklim
pulau umumnya ditandai dengan musim kemarau yang panjang yakni bulan Maret
sampai dengan bulan November.
Penduduk
Sabu terdiri dari kesatuan klen yang disebut sebagai Udu (kelompok patrinial)
yang mendiami beberapa lokasi tempat tinggal antara lain de Seba, Menia, LiaE,
Mesara, Dimu dan Raijua. Masing-masing Udu sebagi suatu klen atau sub udu yang
disebut Karego.
Tentang
pola perkampungan orang Sabu tidak bisa terlepas dari pemberian makna pulaunya
sendiri atau Rai Hawu. Rai Hawu dibayangkan sebagi suatu makluk hidup yang
membujur kepalanya di barat dan ekornya di timur. Maha yang letaknya disebelah
barat adalah kepala haba dan LiaE di tengah adalah dada dan perut. Sedangkan
Dimu di timur merupakan ekor. Pulau itu juga dibayangkan sebagai perahu, bagian
Barat Sawu yaitu Mahara yang berbukit dan berpegunungan, digolongkan sebagai
anjungan tanah (duru rai) sedangkan dimu yang lebih datar dan rendah dianggap
buritannya ( wui rai)
Orang
Sabu mengenal hari-hari dalam satu minggu, misalnya hari Senin Lodo Anni),
Selasa (Lodo Due), Rabu ( Lodo Talhu), Kamis (Lodo Appa), Jumat (Lodo Lammi),
Sabtu (Lodo Anna), Minggu (Lodo Pidu).Konsep hari ini (Lodo ne), hari yang akan
datng (Lodo de), besok (Barri rai). Hari-hari tersebut membentuk satu minggu
kemudian 4 atau 5 minggu membentuk satu bulan (waru) dan 12 bulan membentuk
satu tahun (tou).
Secara
umum orang Sabu mengenal dua musim, kemarau yang disebut Waru Wadu dan musim
hujan atau Waru Jelai. Di antara kedua musim itu ada musim peralihannya. Dalam
masing-Masing musim ada beberapa upacara yang berhubungan dengan mata
pencaharian.
Dalam
musim Waru Wadu atau kemarau, dikenal upacara
ü memanggil nira;
ü (2) memasak gula lontar;
ü (3) memberangkatkan perahu lontar.
Sebelum
memasuki musim berikutnya/hujan ada upacara peralihan musim terinci atas
ü memisahkan kedua musim;
ü menolak kekuatan gaib/bala;
dan
pada musim waru jelai atau musim penghujan dapat diadakan tiga upacara:
ü pembersihan ladang dan minta
hujan;
ü upacara menanam dan
ü upacara sesudah panen.
PAKAIAN ADAT
Menelusuri perkembangan Teknologi
Tenun lkat di Pulau Rote, diperkirakan sejak masa sejarah orang Rote sudah
mengenal Tekhnologi menenun. sebelum mengenal kapas, mereka membuat
Kain Tenun dari bahan serat gewang. Tenunan yang dihasilkan berupa sarung yang
disebut lambi tei dan selimutyang disebut Lafe tei, dipakai sebagai pakaian
harian maupun pakaian pesta. Tahun 1994 Tim Survei dan pengadaan Koleksi Museum
mengunjungi Pulau Rote,
Pada saat itu masih dijumpai
seorang Nenek di Kampung Boni- Kec. Rote Barat Daya yang masih menggunakan kain
dari bahan serat gewang. Begitu dalamnya kecintaan sang nenek terhadap
kain tenun dari serat gewang,
Hingga akhirnya nenek
tersebut pun enggan bahkan tidak mau menggunakan kain tenun dari benang kapas.
Masuknya Bangsa-bangsa luar ke
Pulau rote, membawa perubahan pada berbagai aspek budaya termasuk teknologi
Tenun. Penggunaan serat-serat tumbuhan mulai terganti dengan serat kapas yang
diperkenalkan oleh para lmigran, seperti : serat kapas, dll. serat kapas
merupakan serat terpopuler di dunia' kain yang terbuat dari serat ini disebut
kain katun. serat kapas berasal dari tanaman Gossypium, sejenis belukar dengan
tinggi antara 120-180 cm' Pada awalnya tanaman ini ditemukan di lndia sekitar
tahun 5000 SM kemudian menyebar ke Barat dan Timur hingga ke wilayah Nusantara'
sampai abad 19 wilayah Nusantara berswasembada lahan katun. Dengan
diterapkannya politik Tanam paksa oleh Kolonial Belanda, maka pembudidayaan
kapas mulai merosot dan sejak itu benang katun Amerika dan lndia menguasai
pasar Nusantara'
RUMAH ADAT ROTE
Mengunjungi
suatu tempat kurang lengkap rasanya jika tidak memotret bangunan menarik yang
merupakan icon daerah tersebut. Bangunan bisa berupa rumah adat, bangunan
bersejarah hingga tempat ibadah. Dari sebuah bangunan bisa digali cerita
menarik mengenai kehidupan penghuninya maupun sejarah bangunan tersebut.
MAKANAN KHAS
Kabupaten
Rote Ndao adalah kabupaten hasil pemekaran dari kabupaen Kupang dengan jumlah
kecamatannya sebanyak 8. Wilayah kabupaten ini terdiri dari pulau Rote serta
dikitari pulau-pulau kecil sebanyak 103 buah pulau,6 buah pulau berpenghuni
yakni: Rote,Ndao,Nuse,Landu,Nusa Manuk,dan Usu. Menurut legenda, pulau ini
mendapat nama secara kebetulan dari seorang pelaut Portugis, yang ketika tiba
dan menanyakan nama pulau itu,penduduk yang ngga ngerti hanya berucap “Rote”.
Nah, pada masa kedudukan Belanda lebih sering disebut “Roti”
Jika anda
pencinta pantai, aku bisa bilang bahwa Rote-lah surga pantai yang sesungguhnya
bagi anda. Pulau ini dikelilingi oleh pantai berpasir putih bersih yang
lebar-lebar. Pokoknya luar biasa. Bahkan saya yang sudah lama di Bali, belum
menemukan pantai yang lebih bagus dari pantai di Rote. Bali hanya unggul di
pengelolaan saja. Kalau dari alam,sebenarnya ngga seberapa. Tapi saya suka di
Bali karena transport dan akomodasinya lebih lancar,lebih mudah, lebih murah.
Agama
asli orang Rote disebut dengan Halaik. Dalam konsep kehidupan akan alam gaib,
orang-orang Rote juga percaya akan adanya dewa. Misalnya dewa Dewa Nutu Bek
(dewa untuk pertanian), dan dewa Nade Dio (dewa pemberi kemakmuran). Mengenai
konsep wujud tertinggi tersebut dikenal dengan apa yang disebut dengan Mane Tua
Lain atau Lama Tuak sebagai suatu wujud tertinggi.
SENJATA
(Foto:dok/ist)
Musik sasando mudah dikolaborasikan
dengan musik modern.
Maestro
sasando, Jeremias Pah yang tergabung bersama Sasando muda Pah Fam, memainkan
musik sasando begitu lihainya. Mereka memainkan lagu “Tanah Air” berkolaborasi
dengan jebolan Indonesia Mencari Bakat (IMB) 2010 Putri Ayu. Malam itu, Dwiki
Dharmawan bersama World Peace Ensemble tampil memukau bersama 100 pemain
sasando asal Rote di Gedung Aula Utama El-Tari, Kupang, Selasa (13/11).
Beberapa
musikus juga ikut meramaikan konser yang bertajuk “Ancient to the Future” yakni
Ita Purnamasari, Ivan Nestorman dan Putri Ayu serta para maestro sasando
seperti Jeremias Pah, Sasando Muda Pah Fam, Edon Family, dan John Tedens &
Group. Iringan World Peace Ensemble yang dipimpin Dwiki Dharmawan mampu
memberikan nasionalisme saat membawakan lagu itu. Bagaimana tidak, alat musik
sasando merupakan milik dan kebanggaan Indonesia. Sasando merupakan identitas masyarakat
Rote, Nusa Tenggara Timur dan Indonesia. Tidak heran, jika hampir penonton yang
terdiri dari turis asing, dalam negeri dan masyarakat NTT begitu menggebu-gebu
menyaksikan permainan musik sasando.
Konser
ini semakin meriah dengan penampilan Ita Purnamasari. Penyanyi yang dikenal
pada era 1990-an ini membawakan “Cintaku Padamu”. Lagu yang semakin
melambungkan namanya di musik pop Tanah Air. Lagu yang dirilis pada 1993 ini
mampu memberikan rasa kangen kepada penonton. Uniknya, Ita juga berkolaborasi
dengan para pemain sasando dari grup Edon Family dan Paduan Suara Vocalista
Kmanek. Selain membawakan lagu hitnya, penyanyi berusia 45 tahun ini juga
membawakan lagu khas daerah NTT “Bolelebo”. Suara emasnya mampu menghipnosis
penonton. Bahkan, ia sempat turun dari panggung untuk sekadar menyapa penonton.
Tak ayal, penonton pun berusaha mendekatinya serta mengambil momen tersebut
dengan berfoto.
BAHASA
Bahasa suku bangsa Rote pada
hakekatnya satu (disebut bahasa Rote), namun bervariasi dialek menurut nusak
masing-masing yang saling dapat dimengerti. Ciri yang menonjol dari bahasa Rote
adalah bahasa sastra atau bahasa ritual. Bahasa sastra adalah satu bahasa
khusus dan dapat segera dikenal sebagai bentuk bahasa yang digunakan dalam
setiap kesempatan seperti : upacara adat, perundingan, salaman, nyanyian,
tarian, dsb. Pada hakekatnya bahasa sastra merupakan pantun yang terdiri atas
pasangan kata-kata berirama yang artinya bersamaan, misalnya: tolanok dudinok,
dak esa fafan ma titiesa nonosinI (saudara sekerabat dan seturunan). Untuk
memperoleh kata-kata seirama dengan makna dan tujuan yang sama, biasanya
diambil kata-kata majemuk, sehingga bahasa sastra itu merupakan satu kesatuan
pengertian yang mendalam.
Belanda
memperkenalkan bahasa Melayu kepada orang Rote sebagai sarana bahasa
pendidikan. Bahasa Melayu ini mudah diterima dan dipergunakan secara luar
karena hampir sama dengan bahasa sastra orang Rote. Pada perkembangan lebih
lanjut, bahasa Melayu berkembang menjadi bahasa Indonesia yang sampai sekarang
menjadi bahasa lintas suku dan pemersatu bangsa, termasuk orang Rote.
SISTEM KEKERABATAN
Di Pulau Rote, Ume Ofa' atau
"Perahu-Rumah" telah punah. Penyebabnya ialah politik Orde Baru di
akhir 1960-an. Kala itu, masyarakat diimbau menghilangkan tradisi
membangun rumah tradisional dengan upacara-upacara adat dan pesta meriah, yang
dinilai boros. Tolok ukur siapa yang dipakai? Sebagai pelajaran bagi
generasi mendatang, apakah masih ada ume yang bisa
diselamatkan?
Tempat ternak di bawah panggung (vilenggat),
juga dinilai ”tidak higeinis”. Faktor agama pun turut mempengaruhi perubahan,
sebab pembangunan rumah tradisional selalu dimulai dan diakhiri dengan
upacara (songgo) untuk meminta petunjuk dari ruh leluhur,
yang dianggap bertentangan dengan ajaran Kristen. Ume Ofa’ Balu’ atau
“Rumah-Perahu Besar”, perwujudan budaya Rote, kini terkubur sudah. Gantinya
adalah ume leleo rae dan ume leleo’ .
Tempat ternak di bawah panggung (vilenggat),
juga dinilai ”tidak higeinis”. Faktor agama pun turut mempengaruhi perubahan,
sebab pembangunan rumah tradisional selalu dimulai dan diakhiri dengan
upacara (songgo) untuk meminta petunjuk dari ruh leluhur,
yang dianggap bertentangan dengan ajaran Kristen. Ume Ofa’ Balu’ atau
“Rumah-Perahu Besar”, perwujudan budaya Rote, kini terkubur sudah. Gantinya
adalah ume leleo rae dan ume leleo’ .
Pulau Rote, Pulau Ndao serta pulau-pulau
disekitarnya terbagi dalam 19 nusa’ (suku). Di
dalam lingkungan nusa’ terdapat kelompok-kelompok kecil
kumpulan beberapa keluarga yang memiliki hubungan kekerabatan (leo). Dari
kesembilan belas nusa’, terdapat delapan belas dialek. Di masa
lalu terkadang terjadi benturan fisik; pemicunya adalah penguasaan atas sumber
air. Untuk mempertahankannya, di Nusa’ Delha, dibangun
benteng pertahanan dari batu gunung setinggi antara tiga sampai empat
meter dengan ketebalan dinding sekitar satu setengah meter. Benteng pertahanan
ini disebut sebagai kota’.
Tidak diketahui secara pasti, kapan sejarah
permukiman berawal di Nusa’ Delha. Menurut tradisi tutur
setempat, permukiman itu bermula di daerah Inggu Ata, Nemberala.
Penduduk pertamanya berasal dari hubungan kekerabatan atau Leo Ombak.
Bukti bahwa mereka adalah bagian dari migran melewati jalur laut, adalah konsep
yang sama antara rumah (ume) tradisional dan perahu (ofa’).
Bagi mereka ofa’ merupakan hunian di laut dan ume merupakan
perahu di darat. Begitulah istilah Delha untuk rumah tradisional yang
besar, yakni; ume ofa’ balu’ (rumah besar seperti perahu
besar). Sekarang rumah yang demikian boleh dikatakan sudah tinggal kenangan.
Sebaliknya perubahan-perubahan semakin cepat tercatat.
Daftar Pustaka ,Referensi
Anoraga, P., 2004, Manajemen Bisnis, Jakarta:
Rineka Cipta.
Gibson, J.L, Ivan Cevich and Donelly, 1995.
Organisasi dan Manajemen: Perilaku, Struktur, dan Proses. Terjemahan.
Jakarta: Erlangga.
Gibson, J.L, Ivan Cevich and Donelly. 1997.
Organization. Binapura Aksara : Jakarta.
Handoko, H., 2000, Manajemen Personalia dan
Sumher Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Handoko, H., 2001,. Manajemen Sumher Daya Manusia
Dan Personalia. Yogyakarta: BPFE UGM.
Mangkunegara, A.P.,
2001, Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mangkunegara, A. P.,
2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja
Rosadakarya.
Nawawi, H., 2002. Manajemen Sumber Daya
Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Untuk melengkapi tulisan sdr Abdul Hadi Shihab seperti tersebut di atas, sebaiknya baca buku-buku saya al yang berjudul : Rumah Adat Masyarakat Rote Ndao, Rote Ndao Rangkaian Terselatan Zamrud Katulistiwa, Bahasa Rote, Sastra Rote, Foe Mbura : Raja, Penginjil. dan Pendidik, dll.
BalasHapusPak paul A. Haning
HapusBagaimana caranya supaya mendapatkan buku - buku karya bapak. Di gramedia tidak tersedia pak. Saya mahasiswa dari jakarta ingin melakukan penelitian di pulau rote pak.